Senin, 21 Desember 2020

Sabar atau Syukur?

Ayo pemirsa, silahkan pilih satu ya ... sabar atau syukur yang didahulukan? Ehem, lihat kasusnya dulu dong mak! Kalau pas kepala cenat cenut masak iya bilang Alhamdulillah. Kayaknya munafik aja antara ucapan dan yang dirasa di hati. Ada yang jawabnya begitu gak? hehe ... jawaban bebas kok!

Tapi gini ya pemirsa, saya sih gak akan jelasin panjang lebar sama dengan luas bab sabar dan syukur itu. Akan tetapi perlu kita renungkan sebentar saja sekaligus mengingat sebuah dalil yang tersebut dalam Al qur'an bahwa : " Barang siapa yang bersyukur atas nikmat, maka akan ditambah kenikmatan dan barang siapa yang kufur nikmat, sesungguhnya adzabKU sangat pedih" masih ingat ya? lha terus, kepala cenat-cenut termasuk nikmat atau apa ya? Nah pemirsa, disinilah saya mengajak Anda semua untuk selalu berhusnudzon atau berprasangka baik terhadap Alloh SWT. Jika terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan seperti halnya kepala cenat-cenut, berarti sebentar lagi akan mendapat nikmat yang luar biasa besarnya. Maka dari itu, tidak salah jika kemudian kita bersyukur atau sekedar mengucap Alhamdulillah...

Selain bisa nambahin nikmat, dengan bersyukur hati malah lebih adem. Dan pastinya hati yang adem disertai minta kebaikan kepada Alloh SWT akan menjadikan diri lebih baik. 

So, STOP mengeluh! 

STOP menggerutu! 

STOP mengumpat! 

Berhusnudzon selalu dan biasakan diri untuk bersyukur dalam setiap kondisi... 

Yup, salam cinta forever๐Ÿ’–๐Ÿ’–๐Ÿ’–

Minggu, 13 Desember 2020

Di mana posisinya?

 Malam, 13 Desember 2020

Sebagai penutup hari sekaligus pengantar tidur. Dengan harapan ganjalan di hati tersalurkan. Entahlah kalimat yang ku dengar seakan mengusik rasa yang sulit terucap. Semoga dengan menulis di sini, akan ada cerah yang ku tangkap di esok hari.

"Saya cuma menyampaikan ilmu bukan sebagai pekerjaan. Pekerjaan saya adalah blablabla (secret ya). Artinya saya mengajar bukan untuk mencari uang karena uang hanya saya dapat dari pekerjaan yang lain" Kalimat tersebut seakan mengusik hati yang terlanjur cinta pada dunia pendidikan.

Berprofesi sebagai pengajar atau guru di sebuah sekolah swasta memang tidak menjanjikan bisa menjadi seorang yang kaya raya. Apalagi berada di sekolah yang sangat kecil, bisa dibilang jumlah siswanya tidak lebih dari 200 anak. Selain itu, siswanya berasal dari keluarga yang standar ekonominya adalah menengah ke bawah. Mau mengharap gaji UMR? Bisakah? Bisa kaya ngajar di situ? Bagi saya pribadi, menjawab BISA. Sebenarnya bukan pada swasta, jumlah siswa dan latar belakang siswa yang menjadi pusat perhatiannya. Melainkan pola pikir atau cara pandang kita ketika berprofesi sebagai pengajar atau guru. Artinya saya mengajak Anda yang saat ini mengajar di sekolah swasta untuk merubah mindset. Yakinlah, profesi Anda tidak salah. Dan dengan profesi ini Anda akan menjadi JAYA.

Teringat akan tauziyah dari Habib Novel Alaydrus. Beliau menyampaikan ketika kita memenuhi kebutuhan orang lain maka Alloh SWT lah yang akan memenuhi kebutuhan kita. Karena pada dasarnya, uang atau rizki yang berupa benda yang kita harapkan bukan berasal dari pekerjaan atau kemampuan kita. Semua bentuk rizki berasal dari Alloh SWT. DIAlah yang akan memberi kita rizki, memenuhi kebutuhan hidup kita bahkan semua impian-impian kita. Artinya, dengan kita berprofesi sebagai guru atau mungkin tenaga kependidikan yang waktunya habis untuk ngurusi pendidikan, maka di situlah kita sedang memenuhi kebutuhan orang lain dalam pendidikan. Maka Alloh lah yang akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita, Insya Alloh

Kalimat yang membuat saya galau, memiliki arti mendapat uang adalah tujuan utama. Dan itu tidak berada di sekolah. Sehingga, harus mencari di tempat lain. Dan kalau uang menjadi tujuan dan berada pada urutan pertama, maka profesi mengajar bukan lagi pertama melainkan yang kesekian dan entah DI MANA POSISINYA?

KEINGINAN JELANG TIDUR

  Jangan tanya ya, kenapa? Karena mata sebenarnya tinggal 5 Watt tapi keinginan masih 100 persen.  Dan entah dari mana, saat ini butuh sekal...