Assalamu'alaikum Wr Wb
Ibu, apa kabarmu hari ini? Hari-harimu selalu ku inginkan yang terbaik.
Ibu ... tak sanggup lagi aku berucap
Tak sanggup lagi aku mendengar nya
Ibu ... Selasa kemarin, 21 September 2021. Aku dipanggil oleh Adik ipar perempuan Ibu. Banyak hal yang beliau sampaikan. Diantaranya :
1. Menyampaikan pesan Bu Nyai, atas jam ngajarnya mbk Ana. Menantu Ibu (Adik Ipar)
2. Beliau menyampaikan terkaitan pemanggilan beliau dan Ibu oleh Bapak Pengawas. Menurut cerita, selama kurleb 30 Tahun lamanya menjadi guru dan kepala, baru kali ini dipanggil oleh pengawas. Ada apa? Itu lanjut beliau.
3. Kata beliau, pesan undangan rapat kemarin sabtu, 18 September 2021 telah beliau sampaikan. Tapi Ibu tak mau datang. Dengan alasan, aku tak mengundang Ibu.
4. Tentang kegiatan raker juli lalu. Ibu tak hadir dalam acara. Kata beliau, Ibu hadir tetapi terlambat dan tidak masuk ruangan karena kok ada pengawas. Alasan Ibu, aku tidak memberitahu jika ada pengawas.
5. Terkait sebuah amplop yang ada ditangan suami ibu (sang putra kyai) didapat dari kakak beliau (putra kyai juga). Keplintir! itu kata beliau. Kenapa kepala sekolahnya tidak memberikan sendiri? Bukankah selalu melewati rumah Ibu ketika pulang dari sekolah? Ada apa?
6. Pada nomer ini, mungkin isi semburat. Intinya, beliau menyampaikan, Ibu tidak pernah di ajak musyawaroh. Ibu merasa tidak dimanusiakan. Padahal, Ibu adalah orang yang telah berjasa terhadap saya. Yang mengangkat saya tahun 2005 adalah Ibu. Yang memperjuangkan saya menjadi guru sertifikasi adalah Ibu. Yang mengajari saya banyak hal adalah Ibu. Kenapa saya memperlakukan Ibu seperti itu? sambung beliau.
Ibu, sebenarnya saya enggan untuk menjawab semua ucapan beliau. Satu sisi, diantara hal-hal di atas adalah suatu masalah yang berulang-ulang. Kedua, ketika saya menjawab beliau kok rasanya kurang etis ya ... Tapi, pilihan saya adalah menjawab. Entahlah, hati kok terasa gatel banget. Tapi gak bisa digaruk ... hehe.
Ibu, akan saya tulis disini ya ... tak ada tujuan apa-apa. Sekedar menuangkan rasa yang tak mungkin saya luapkan pada orang lain. Tak maksud apa-apa, dari pada saya mengumbar cerita ini pada orang lain.
Saya jawab waktu itu,
1. O nggeh bu, karena saya kurang paham dengan pesan WA. Saya tanya menantu njenengan waktu iti, cuman sementara dan menggantikan jam pelajaran ibu selama masa iddah. Kalau saya salah memahaminya, nggeh pun Insya Alloh
2. Pemanggilan Ibu berdua oleh Bapak Pengawas bukan kehendak saya. Memang Bapak Pengawas yang mengundang dan itu berawal kemarahan beliau ketika kegiatan raker awal tahun pelajaran yang lalu. Dan undangan beliau terpakasa saya sampaikan ke Ibu berdua. Karena kalau tidak begitu maka Bapak Pengawas tidak mau menandatangani berkas sergu Ibu berdua
3. Rapat kemarin memang tidak buat undangan kertas. Karena saya buat undangannya jum'at malam. Hari Jum'at libur. Jadi saya undang Ibu berdua lewat grup WA. Dan khusus Ibu senior saya, pesan saya sampaikan lewat japri ke HP suami Ibu. Saya minta maaf, karena saya tidak ada pulsa biasa. Ibu punya HP jadul tidak ada WA. Ya itu, jalan satu-satunya dan terbaik bagi saya. Begitu nggeh ..
4. Ibu, saya diam untuk masalah ini. Cuma dalam hati saya berucap. Seorang senior seperti Anda akan hadir tepat waktu jika yang hadir adalah seorang yang sangat penting dalam hidup Anda. Lalu kami? Kami atau saya memang orang yang terlahir dari kalangan bawah. Dari keluarga petani tulen. Jika seorang petani mengundang Anda yang seorang bu Nyai ... seenak maunya Anda begitu? Oke, terima kasih perlakuan Anda ke saya. Semoga, Anak keturunan Anda semuanya menjadi orang yang terhormat ... Aamiin. Itu sekedar dalam hati, tak sampai hati ini rasanya mau berucap.
5. Tidak ada apa-apa bu... setelah dapat pesan WA dari suami Ibu, saya crosscek ke bagian kurikulum. Iya, bagian kurikulum nitip jadwal baru yang berada di dalam amplop untuk diberikan ke Ibu. Entah bagaimana ceritanya hingga amplop berisi jadwal tersebut terkirim lewat jalur tangan-tangan orang berdarah biru termasuk suami Ibu. Amplop berisi jadwal tersebut sekedar ingin menyampaikan sedikit perubahan pada jadwal KBM
6. Ibu, tak ada sedikit pun hati ini punya niatan tidak memanuasiakan orang-orang seperti Ibu. Jika Ibu merasa seperti itu, itu adalah salah. Jujur, saya merasa kesulitan berpatner dengan Ibu. Sejak saya menjabat sebagai Kepala Sekolah, mulai status PJS hingga berSK, Ibu tak pernah duduk nyaman di dalam kantor. Dengan berbagai allasan yang bagi saya, sepertinya memang saya belum bisa meladeni Ibu sebagai seorang senior dan Bu Nyai. Setahun lamanya saya menjabat, tapi hubungan Anda dengan saya semakin tidak harmonis. Jika hal ini tidak nyaman buat Anda, saya juga. Perlu Ibu ketahui, saya mengajar di lembaga keluarga Ibu dengan niat mengamalkan ilmu bukan menjadi kepala. Jika jabatan ini menjadi sesuatu yang tidak baik maka saya persilahkan Ibu berdua menggantikan saya. Atau mungkin anak keturunan Anda berdua yang menggantikan saya. Lembaga ini punya keluarga besar Anda. Dan sepertinya Anda berpikir saya hanya menumpang menjemput rizqi. Tidak salah. Tapi semua adalah taqdir NYA.
Saya lelah secara mental. Lelah menghadapi Anda berdua. Dengan hal kecil bisa menjadi hal besar. Jadi silahkan berbuatlah semau Anda berdua! Kalau saya, semua urusan, DIALAH yang berhak mengatur. Karena saya tidak memiliki lembaga besar seperti Anda berdua.
Terkhusus buat Almarhum semoga selalu dimuliakan Alloh SWT, para pendiri sekolah, pejuang sekolah serta pengasuh ... Alfatihah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar