Ya Allah ... Aku engkau ciptakan dari dua orang berdarah biasa. Keduanya berasal dari keluarga petani. Leluhurku memang bukan golongan kyai besar dan masyhur. Meski begitu, takdirku ENGKAU indahkan dan tinggikan. ENGKAU angkat aku menjadi seorang kepala sekolah di kalangan para santri. Di kalangan para turunan kyai masyhur.
ENGKAU beri aku ilmu yang benar-benar bermanfaat. Namun ya Allah, ada rasa perih yang menyayat hati. Di lingkungan sekolah dimana ENGKAU angkat aku menjadi kepala sekolah, ada satu kubu yang selalu memberi support. Kubu lain, seakan mengebiri aku.
Dimata kubu lain, diriku seakan hina. Diriku bagaikan sampah yang tak layak di pandang. Tak dipungkiri, memang dia seorang keturunan berdarah biru, seorang keturunan raja. Tapi kelakuannya... Dia tak layak sebagai keturunan dari orang Sholeh.
Memang, kesolehan tidak diwariskan. Namun, bukankah dia berada di lingkungan Sholeh. Menjadi kewajaran jika dia terbentuk menjadi Sholeh, dan itu menurut pandangan banyak orang.
Ah tapi itu hanya pemandangan fisik. Bagiku, dia selayaknya orang biasa saja, yang sering kali sifat singanya muncul. Iya, sifat singa yang merasa dialah yang berkuasa. Dia seorang pembesar yang harus dihormati. Bahkan dia merendahkan orang yang bisa jadi menduduki jabatan yang pernah dia duduki.
Dia singa berhati syaitan. Gila jabatan. Gila hormat. Padahal dia hanya numpang kehormatan orang tua nya untuk ketinggian derajatnya.
Ya Allah, sekarang hati ku benar-benar sakit. Aku bukan MUHAMMAD, aku bukan JIBRIL dan aku bukan ULAMA. Tak layak aku mengutuk dia. Air mata yang kutahan, akan menjadi saksi atas semua sikapnya kepadaku.
ENGKAU berjanji, dalam kesulitan ada kemudahan. Maka itulah yang aku harapkan dariMU ya Allah.
Berikan aku kemudahan. Berikan aku Rizki yang luas. Berikan aku kekayaan melimpah. Angkat derajatku dan keturunanku. Jadikan aku dan keturunanku kaya raya, dermawan dan rendah hati.
Itu janjiMu ya Allah ... Aku menagih janji karena sakit dan hinaan dari hambamu yang munafik di mataku.
Ampuni semua dosaku ya rabb