Rabu, 24 April 2019

Mencium Tangan Seorang Guru

" Bunda, aku di sekolah selalu toss sama bu Guru ketika masuk kelas, Kalau teman - teman ada yang pakai toss, ada pula berjabat tangan, berpelukan dan juga ada yang adu punggung jari tangan. Seru dech Bund ... seneng banget " Cerita seorang anak TK kepada Bundanya

Sungguh luar biasa saya membaca cerita di atas. Seorang Guru yang mampu memberikan anak - anak didiknya bersemangat dalam bersekolah. Namun, ada satu  pertanyaan yang sangat sederhana yakni kalau Sama Gurunya ber-Toss ria, lalu kapan bersalaman dan mencium tangan Gurunya ? Hehehe... pas Pulang sekolahnya kali ya ...

Bersalaman dan kemudian mencium tangan seorang Guru adalah budaya islam, bahkan telah dicontohkan pada masa Rosululloh SAW. Teringat kisah Rosululloh SAW, yang tangan beliau sering di cium oleh para sahabatnya dikarenakan begitu tunduk dan hormatnya kepada Beliau. Rosululloh SAW adalah uswatun khasanah, suri tauladan yang tidak diragukan lagi. Lalu, kalau mencium tangan guru tergantikan dengan budaya Toss, bagaimanakah generasi islam ?

Memberi semangat atau memotivasi anak - anak dalam belajar adalah sangat penting. Namun bukan berarti harus dengan menghapus budaya islam yang telah lebih dulu lahir demi kepentingan anak di zaman apapun. Dari cerita di atas, saya menangkap sesuatu yang sepertinya itu sering saya baca di dunia maya, facebook. Yang menceritakan kisah seorang guru yang berhasil menciptakan berbagai macam salam pembuka sebelum pembelajaran. Luar biasa tanpa harus meninggalkan budaya islam adalah Luar Biasa Hebatnya.

Jadi, mari teman - teman pendidik, jangan pernah  berputus asa dalam memberi semangat kepada anak - anak didik kita dengan mencari ide - ide kreativ tanpa harus melupakan budaya islam. Rosululluh SAW, jadikan beliau sebagai panutan, uswah dan penyemangat pribadi muslim di era apapun.

Rabu, 17 April 2019

PERAN GURU

Dialog pagi ini sama mbk yah, sungguh membuat diri berpikir ekstra. Mbak Yah adalah wali murid yang merasa kewalahan akan sikap anaknya. Sudah 5 tahun lamanya ia ditinggal oleh suaminya. Kini ia single parent yang harus mendidik sekaligus membiayai anaknya si ragil. Dalam dialog tadi, ia bercerita bahwa si ragil berubah total setelah ayahnya meninggal dunia. Sekarang si ragil sering main dengan anak yang putus sekolah, sering pulang malam dan tidak serajin dulu. Entah mengapa, si Ragil berubah 360 derajat, saya pun sebenarnya penasaran.

Bukan hal pertama, dia tidak nampak pagi ini. Bahkan hari - hari kemarin, sering juga pagi ada, siang dikit kabur. Dan bukan hal pertama juga kami selaku gurunya bertandang ke rumahnya. Namun jawaban seorang ibu yang juga kebingungan menghadapi anaknya, membuat kami juga bingung.... 

Dalam dunia pendidikan, hal ini harus mendapatkan perhatian khusus. Bagimana mungkin pendidikan akan berhasil jika kerja sama guru dan wali murid ada jarak, tidak nyambung dan tak ada solusi ketika ada masalah seperti di atas. Banyak sekolah yang mungkin ambil jalan pintas dengan mengeluarkan atau mungkin menyuruh pindah sekolah. Namun kalau dipikir lebih dalam, apakah itu yang dimaksud dengan pendidikan ?, apakah sebuah sekolah merasa enggan atau mungkin merasa capek dengan kenakalan anak - anak seperti itu ?. Hal ini tentu perlu di kembalikan lagi ke definisi pendidikan. 

Seorang pakar pendidikan, Prof. H. Mahmud Yunus mengatakan bahwa  "pendidikan adalah suatu usaha yang dengan sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani dan akhlak sehingga secara perlahan bisa mengantarkan anak kepada tujuan dan cita - citanya yang paling tinggi. Agar memperoleh kehidupan yang bahagia dan apa yang dilakukannya dapat bermanfaat bagi dirinya, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya ".
Selain itu, menurut Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Indonesia dalam Zonareferensi.com mengatakan Pendidikan adalah sesuatu yang menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Dikatakan juga, Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Mengamati serta memahami definisi Pendidikan menurut para Ahli di atas bisa diambil sebuah hikmah bahwa seorang guru pendidik atau pihak sekolah tak enak rasanya kalau dikatakan menyerah atau menyerahkan kembali si anak kepada orang tuanya atau menyuruh pindah ke sekolah lain. Kalau saya boleh berpendapat, Pendidikan adalah sebuah usaha untuk menuntun anak - anak menjadi pribadi yang lebih baik, dimana usaha - usaha itu dilakukan oleh orang tua yang dibantu oleh guru yang berada dalam sebuah lembaga pendidikan.  lalu bagaimana ketika anak - anak di kembalikan ke orang tuanya karena kenakalannya, karena seringnya bolos dan lain sebagainya. 

Wahai Para pendidik, dari kisah di atas bisa disimpulkan bahwa si ibu sudah tidak bisa lagi menangani anaknya. Hal itu terjadi karena si ibu tidak mempunyai atau kurangnya ilmu parenting. Menjadi tugas pendidik jugalah untuk menjelaskan atau memberi pemahaman kepada si ibu tentang sikap yang tepat dalam menangani anaknya. Bagaimanapun juga tidak bisalah sekolah mendidik sepihak saja karena anak berada di sekolah selama kurang lebih 8 jam, sisanya si anak berada di rumah.

Wahai marilah para pendidik, kita lebih fokus dalam mendidik anak - anak. Mereka adalah generasi penerus kita. Penerus yang akan mengisi dunia. Penerus yang akan menentukan semua kebijakan dunia. Penerus yang akan menentukan baik buruknya dunia. Karena merekalah yang menentukan hitam putihnya dunia. Salam semangat para guru, pendidik anak bangsa.


Jumat, 12 April 2019

JADWAL HARIANKU


03.15 - 04.15      Bangun tidur, mandi, sholat sunnah, tilawah, dzikkir pagi, posting femy olshop, menulis ide - ide

04.15 - 04.45      Gerak badan/jalan kecil

04.45 - 05.45      Persiapan sarapan keluarga besar

05.45 - 06.10      Sarapan, persiapan berangkat ngajar

06.10 - 06.25      BMW ... go to school

06.25 - 06.45      Cek kelas KBM, Persiapan sholat dhuha bersama

06.45 - 07.30      Tilawah, nyimak anak - anak ngaji

07.30 - 09.20      Ngajar/ buat bank soal/Tugas tambahan

09.20 - 09.55      Dampingi anak - anak istirahat/Cek femy olshop, menulis

09.55 - 11.55      Ngajar/Tugas tambahan

11.55 - 12.30      Sholat Dhuhur berjamaah, Cek Femy Olshop

12.30  - 13.30     Ngajar/Tugas tambahan

13.30 - 13.40      Persiapan sayonara

13.40 - 14.00      BMW go home

14.00 - 14.45      Makan siang - santai ria/melepas lelah

14.45 - 15.15      Mandi, persiapan ananda ngaji

15.15 - 15.30      BMW go to ngajian

15.30 - 16.30      Nungguin ananda ngaji, menulis, baca buku di perpustakaan umum/masjid

16.30 - 17.00      BMW go home

17.00 - 17.45      Persiapan makan malam/ dapur/makan malam

17.45 - 18.15      Sholat maghrib, tilawah

18.15 - 20.30      Ngurusi Bimbel/Ngajar/Ngisi Blog/Baca Buku/Cek Femy Olshop/Menulis

20.30 - 21.30      Me time bersama keluarga

21.30 - 03.15      Tidur malam


Kalian Hebat

Kalian Hebat ... Itulah ungkapan dari hati yang paling dalam buat kalian semua anak - anakku. Kalian yang begitu polos, kalian yang malu - malu saat pertama kali menginjakkan kaki di sini, di MTs Miftahul Ulum Pulosari Lumajang, sekarang menginjak tahun ke-2, kalian membuat saya bahagia. Kini, kalian bisa berpikir secara logis, bisa berempati begitu dalam dan punya kepedulian luar biasa.

Ketika pagi ini, kalian menyodorkan sebuah catatan notulen rapat OSIM, saya terkejut dan juga bangga. Seorang yang masih berusia kurang lebih 15 tahun, kalian bisa membentuk barisan kekompakkan tanpa perintah, kalian bisa menghasilkan sebuah kesepakatan tanpa adanya campur tangan seorang pembina, kalian bisa dengan rapi menyusun sebuah rencana kerja yang begitu runtut ... Saya bangga kepada kalian. 

Wahai Bapak Ibu Guru, anak - anak di sekolahmu sungguh luar biasa, mereka hebat, mereka tumbuh dengan segala ketulusan hatimu dalam mendidik dan membimbing mereka. Kenakalan kecil, kecurangan, kebohongan, dan lain sebagainya bukan watak asli mereka. Itu hanya kerikil - kerikil kecil yang harus engkau singkirkan dari jalan. Ibarat anak kecil yang berlatih mengayuh sepeda, jatuh itu hal biasa, semakin engkau telaten mengajarinya maka semakin cepat ia bisa mengayu sepeda. Sama, seperti itulah mendidik anak - anak. Butuh ketelatenan, butuh reward dan juga sanksi.

Telaten, Reward dan Sanksi merupakan syarat mutlak yang harus dibawa saat mendidik anak - anak. 
  1. Telaten, bukan sesuatu yang lebay, yang membuat mereka manja. Namun telaten dalam memberi mereka pengertian yang kemudian membuahkan kesadaran. Dengan kesadaran maka mereka akan mudah diarahkan.
  2. Reward, siapa sih yang gak suka di puji ??? apalagi dipuji di depan umum ... Wow, serasa paling hebat kan... Sama, anak - anak juga butuh sebuah pujian. Pujian yang bisa memotivasi, pujian yang mampu membakar semangat anak - anak kita.
  3. Sanksi/punish, merupakan sesuatu yang berat namun harus dibawa. Berilah sanksi sekedar untuk memberikan kesadaran bahwa perbuatan mereka salah. Bukan sanksi yang membuat mereka malu di depan teman - temannya.
Sejatinya, anak - anak sama seperti kita. Mereka suka jika diperhatikan dalam bentuk ketelatenan, Mereka akan terbakar semangatnya jika dipuji. Dan malu jika mereka diremehkan di depan teman - temannya. 

Jika engkau ingin anakmu sopan di depanmu maka engkau harus sopan di depan mereka.
Jika engkau tak mau dibentak oleh anakmu maka janganlah engkau membentak mereka
Jika engkau ingin anakmu taat kepadamu maka jadilah kamu pribadi yang taat
Jika engkau ingin anakmu rajin belajar maka rajinlah engkau belajar
Jika engkau ingin anakmu tidak suka merokok maka janganlah engkau merokok

Anak lebih suka melihat dan mencontoh sikap gurunya dari pada mereka harus mendengarkan ceramah yang membuat mereka terkantuk - kantuk. 

Wahai Bapak Ibu Guru, mungkin ada juga yang terbesit dalam hati, sebaik - baik kita kasih contoh kepada mereka, mereka akan meniru yang ada di sosial media. Karena mereka tak henti - hentinya berteman dengan sosial media.

Wahai Bapak Ibu Guru, biarkan mereka berteman ataupun bersahabat dengan sosial media. Itu merupakan masalah kecil buat kita. Yang perlu kita ingat bersama adalah jika kita melakukan sesuatu hal yang sudah menjadi habit kita maka kita akan mudah mengarahkan anak - anak kita. Dan sebaliknya, Jika kita tidak melakukan sesuatu yang dilarang karena kita paham betul akibat buruknya, maka akan dengan mudah kita menyampaikan hal itu kepada anak - anak.

Dan yang terakhir adalah jangan lupa sisipkan wajah anak - anak didik kita dalam doa harian kita. Sesungguhnya, hati mereka dalam genggaman Alloh SWT.

Selamat berjuang wahai Bapak Ibu Guru ...
Selamat berkarya ...
Engkau telah memilih jalan yang tepat, berinventasi guna engkau ambil di akherat kelak.

Kamis, 11 April 2019

Guruku hebat ... I love you my Teacher

Belajar tak ada batasan usia. Sejak dalam kandungan, masa bayi, usia anak - anak, remaja, dewasa bahkan seorang yang paruh baya pun bisa belajar. Belajar tak sebatas belajar ilmu - ilmu umum, dalam hal ini seperti matematika, fisika, IPA dan lain sebagainya. Namun ilmu agama sangatlah penting untuk dipelajari. Kita ingat kembali, bagaimana Rosululloh memberi pengajaran kepada ummatnya, Ilmu keimanan diberikan terlebih dahulu, kemudian tentang akhlaq mulia dan seterusnya.

Dan semua keilmuan itu tidak memungkinkan para orang tua memberikan sepenuhnya hanya dari dirinya sendiri. Dalam artian orang tua butuh seorang atau beberapa orang untuk memberikan pengajaran kepada anaknya. Gurulah yang dibutuhkan oleh orang tua tuk mendampingi anak - anaknya dalam menuntut ilmu.

Oleh karena itu, peranan guru sangatlah penting. Bahkan bisa juga disebut orang tua kedua. Karena kurang lebih selama 8 jam setiap hari, para guru mendampingi keseharian anak - anak. Bahkan banyak diantara anak - anak yang menomor satukan guru - guru sekolah mereka. Sekedar contoh, anak kelas 1 SD akan sangat tidak mau diajari matematika dengan cara yang berbeda dari gurunya meski pada akhirnya jawabannya sama dan benar. Ini sangatlah membuktikan, bahwa guru memiliki peranan yang sangat penting.

Begitu pentingnya peranan para guru dalam mendampingi keseharian anak - anak, dalam suasana belajar maka sangatlah penting seorang guru memahami secara detil, bagaimana seharusnya menjadi seorang guru ? 
Menguasai keilmuan, metode pengajaran yang tepat dan lain sebagainya terkait dengan pembelajaran sudah sangat tentu harus dimiliki seorang guru. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah suri tauladan yang kuat dalam diri seorang guru sangat menentukan keberhasilan ia dalam mendidik murid - muridnya. 

Guru bukanlah profesi biasa - biasa saja. Guru merupakan tugas mulia. Dihadapannya banyak anak - anak yang mungkin tidak sesuai dengan yang pernah ia bayangkan, Di tiap bulannya, dia tidak mendapat gaji yang mungkin belum memenuhi kebutuhan hidupnya. Disela tidur nyenyaknya, mungkin dia masih terpikir tingkah laku murid - muridnya di sekolah. Belum lagi kenakalan anak - anak yang kian menjadi yang disusul banyaknya pihak yang mengkambing hitamkan guru. Belum lagi, ketidak nyamanan akan sikap orang tua yang terkadang selalu memberi tuntutan lebih bahkan bersikap menyalahkan guru.

Tapi itu semua, tak pernah menyurutkan langkahnya tuk terus memberikan sumbangsihnya kepada negara. Ia sadar karena pendidikan butuh sebuah proses yang panjang. Dan Ia yaqin apapun yang dikata orang atau pihak - pihak di sekitar, itu hanyalah sebuah ketidaktahuan mereka akan dunia pendidikan sebenarnya. Mereka tidak pernah merasakan bagaimana perjuangan yang Ia tempuh, siang dan malam, seorang guru akan selalu teringat pada muridnya. 

Pendidikan sebuah proses yang panjang, yang didalamnya butuh kesabaran dan ketelatenan. Menghadapi anak - anak sangat jauh berbeda dengan menghadapi mesin - mesin penakluk dunia. Anak - anak yang memiliki karakter berbeda. 

Proses pendidikan akan terus berjalan dan berjalan, namun perjalanan akan mudah ditempuh jika para orang tua, pihak - pihak pendidikan, masyarakat, tokoh dan guru itu sendiri saling bekerjasama. Tidak memberatkan pada satu pihak saja. Memiliki kepedulian terhadap pendidikan akan memberikan sumbangsih luar biasa pada negara kita. Negara Indonesia...

Minggu, 07 April 2019

OH...ANAKKU



Astaghfirulloh ... Masya Alloh ... hanya kata - kata itu yang terucap secara lirih. Entah apa yang dirasa dalam hati, mungkin hati ini sudah mati rasa sampe tidak mengenal apa yang kurasa. Semua itu terjadi ketika ku buka facebook, kulihat lalu kubaca perlahan...kuamati video yang di depanku. Sock rasanya, ternyata aku sedang menonton video siswiku. Siswi yang sudah sekian lama lulus dan kini bertemu dan berteman di facebook.

Siswiku yang ku anggap sebagai bagian dari hidupku kini telah berubah jauh. Berubah bahkan dia menjauh dari harapan kami - kami, harapan kami selaku guru dan mungkin juga harapan ayah ibunya. 

Tanpa berniat mengumbar aib dari kamu sayang ... Engkau kini sudah tak berhijab lagi, kini engkau berteman dengan rokok dan kulihat di tanganmu ada tato yang membuat aku semakin pusing melihatnya. Bahkan saat kutulis kisahmu ini, aku berlinang air mata. Air mata karena aku telah gagal, kami selaku gurumu telah gagal dan mungkin orang  tuamu pun menyimpan banyak rasa kecewa dengan dirimu saat ini. Wahai Anakku, mungkin banyak orang bilang "Tak ada mantan guru, Guru tetaplah guru dimanapun dan kapanpun ". Dan aku sangat setuju dengan kata banyak orang. Oleh karena itu, tak hentinya aku senantiasa berharap dan berdoa, "semoga engkau segera taubat, kembali ke pangkuan ibumu dengan restu beliau ". Amiin

Sekali lagi tak ada niatan mengumbar aib, karena aib murid merupakan aib gurunya. Saya hanya ingin berpesan kepada diri saya sendiri dan juga wahai Bapak Ibu Guru, tugas kita adalah mendidik, mempersiapkan mereka guna menghadapi masa depan yang sangat menantang bahkan kehidupan yang sangat keras. Mempersiapkan mereka supaya tangguh dalam menghadapi tantangan zaman. Dan tetap santun serta bijak dalam menghadapi segala rintangan dan kekerasan hidup. Tugas yang begitu mulia. Tugas yang hanya diemban oleh pribadi - pribadi tangguh. Pribadi yang siap mendidik berbagi macam karakter. 

Mendidik, bukanlah sesuatu yang gampang. Namun juga bukan sesuatu yang begitu rumit. Karena pada dasarnya, mendidik yang profesional adalah dengan suri tauladan. Seperti halnya Rosululloh SAW, yang mendidik dengan metode uswatun khasanah. 

Mendidik dengan uswatun khasanah bukanlah tugas guru aqidah, guru Qurdist ataupun guru PAI. Semua kebagian tugas untuk mendidik dengan uswatun khasanah. Mereka semua adalah amanah buat kita. Semuanya akan dimintai pertanggungjawaban di akherat kelak. Karena kita merupakan orang tua kedua buat mereka. Sekolahan merupakan rumah kedua dari mereka. Dan harapan orang tua ketika menitipkan ke kita adalah supaya anak - anak mereka menjadi pribadi dambaan para orang tua. Maka dari itu, mengajak diri dan teman seperjuangan, serumit apapun hidupan keluarga kita, sesulit apapun ekonomi kita, sesibuk apapun diri kita dengan berbagai tugas administrasi, tetaplah tugas utama kita adalah sebagai seorang pendidik. Good Luck Wahai Guru Indonesia !

KEINGINAN JELANG TIDUR

  Jangan tanya ya, kenapa? Karena mata sebenarnya tinggal 5 Watt tapi keinginan masih 100 persen.  Dan entah dari mana, saat ini butuh sekal...