Astaghfirulloh ... Masya Alloh ... hanya kata - kata itu yang terucap secara lirih. Entah apa yang dirasa dalam hati, mungkin hati ini sudah mati rasa sampe tidak mengenal apa yang kurasa. Semua itu terjadi ketika ku buka facebook, kulihat lalu kubaca perlahan...kuamati video yang di depanku. Sock rasanya, ternyata aku sedang menonton video siswiku. Siswi yang sudah sekian lama lulus dan kini bertemu dan berteman di facebook.
Siswiku yang ku anggap sebagai bagian dari hidupku kini telah berubah jauh. Berubah bahkan dia menjauh dari harapan kami - kami, harapan kami selaku guru dan mungkin juga harapan ayah ibunya.
Tanpa berniat mengumbar aib dari kamu sayang ... Engkau kini sudah tak berhijab lagi, kini engkau berteman dengan rokok dan kulihat di tanganmu ada tato yang membuat aku semakin pusing melihatnya. Bahkan saat kutulis kisahmu ini, aku berlinang air mata. Air mata karena aku telah gagal, kami selaku gurumu telah gagal dan mungkin orang tuamu pun menyimpan banyak rasa kecewa dengan dirimu saat ini. Wahai Anakku, mungkin banyak orang bilang "Tak ada mantan guru, Guru tetaplah guru dimanapun dan kapanpun ". Dan aku sangat setuju dengan kata banyak orang. Oleh karena itu, tak hentinya aku senantiasa berharap dan berdoa, "semoga engkau segera taubat, kembali ke pangkuan ibumu dengan restu beliau ". Amiin
Sekali lagi tak ada niatan mengumbar aib, karena aib murid merupakan aib gurunya. Saya hanya ingin berpesan kepada diri saya sendiri dan juga wahai Bapak Ibu Guru, tugas kita adalah mendidik, mempersiapkan mereka guna menghadapi masa depan yang sangat menantang bahkan kehidupan yang sangat keras. Mempersiapkan mereka supaya tangguh dalam menghadapi tantangan zaman. Dan tetap santun serta bijak dalam menghadapi segala rintangan dan kekerasan hidup. Tugas yang begitu mulia. Tugas yang hanya diemban oleh pribadi - pribadi tangguh. Pribadi yang siap mendidik berbagi macam karakter.
Mendidik, bukanlah sesuatu yang gampang. Namun juga bukan sesuatu yang begitu rumit. Karena pada dasarnya, mendidik yang profesional adalah dengan suri tauladan. Seperti halnya Rosululloh SAW, yang mendidik dengan metode uswatun khasanah.
Mendidik dengan uswatun khasanah bukanlah tugas guru aqidah, guru Qurdist ataupun guru PAI. Semua kebagian tugas untuk mendidik dengan uswatun khasanah. Mereka semua adalah amanah buat kita. Semuanya akan dimintai pertanggungjawaban di akherat kelak. Karena kita merupakan orang tua kedua buat mereka. Sekolahan merupakan rumah kedua dari mereka. Dan harapan orang tua ketika menitipkan ke kita adalah supaya anak - anak mereka menjadi pribadi dambaan para orang tua. Maka dari itu, mengajak diri dan teman seperjuangan, serumit apapun hidupan keluarga kita, sesulit apapun ekonomi kita, sesibuk apapun diri kita dengan berbagai tugas administrasi, tetaplah tugas utama kita adalah sebagai seorang pendidik. Good Luck Wahai Guru Indonesia !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar