Anak SOK, salah siapa ? Wah kalau main salah salahan pasti gak ada yang mau di salahkan. Masing - masing dengan alasan yang aneka macam akan mengatakan : "saya benar ".
Curhatan sama emak muda yang merasa kebingungan menghadapi siswanya yang bersikap SOK. Merasa dirinya paling kaya, paling pintar, .... paling dan paling itulah sikap SOK. Sikap ini sudah sangat tentu tidak baik dan parahnya lagi bisa membuat temannya atau orang yang mendengar menjadi jengkel. Dan anehnya, sikap ini dimiliki oleh anak yang masih usia SD. Waduh, palang ni ya ... kecil - kecil udah SOK, gedenya gimana tu anak? Hehehe ...
Penyakit SOK ini bisa di derita oleh siapa pun, mulai dari usia anak - anak hingga dewasa. Namun sebenarnya SOK bukan penyakit turunan, lalu ?
Yup, Kita fokus pada SOK anak - anak ya..., SOK pada anak - anak lebih sering disebabkan karena :
- Anak selalu dimanjakan
- Anak selalu melihat figur yang SOK
- Anak sering menonton tanyangan pribadi SOK.
- Anak mendapat perlakuan yang beda dari orang tuanya
Anak selalu dimanjakan. Apapun yang di minta selalu dituruti, maka anak akan menjadi pribadi yang SOK, karena dia merasa punya segalanya tanpa susah payah.
Anak selalu melihat figur yang SOK, mungkin di keluarga atau teman bermainnya. Tak baik memang kalau dalam bergaul kita pilih - pilih teman. Tapi bagi anak yang mentalnya belum siap perlulah dibatasi bermainnya, hindarkan dulu dia sama temannya yang mempunyai perilaku tidak baik. Dalam hal ini orang tua harus kenal betul, siapa teman bermain si anak.
Tayangan di media, semuanya akan di cermati si anak. Mulai dari positif hingga negatif. Nah, ini sangat bahaya, apalagi anak dengan sangat intens menonton tayangan negatif. Sekali lagi orang tua harus siap mendampingi ananda yang sedang asyik menonton dan dikurangi juga ya bunda, Intensitas menontonnya.
Anak mendapat perlakuan beda dalam keluarganya. Parahnya, anak di nomor 2 kan. Anak seperti ini akan keluar dari kebiasaan di keluarga. Dia akan berusaha menjadi nomor 1 di hadapan teman - temannya, di depan orang - orang sekitarnya.
Uraian diatas sangat terkesan semuanya tergantung orang tuanya. Lalu bagaimana dengan guru - gurunya, bukankah anak di sekolahkan dengan tujuan supaya menjadi pribadi yang hebat luar dalam ? Bagaimanapun juga penting kerja sama antara orang tua dengan guru, supaya pendidikan yang disampaikan tersambung antara rumah dan sekolah.
By Umi Maisyaroh
Owner Rumah Pendidikan AVICENNA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar