Senin, 30 September 2019

Ucapmu menggores luka

Akh ... Apa yang aku rasa
Sampai aku bingung mengucap
Aku bingung menatap
Aku bingung bersikap
Ucapmu begitu ganas bagiku
Bagai ombak yang menggerus pasir

Apa ini?
Aku tak rela, engkau menyakiti
Aku tak rela engkau menduakan
Aku tak rela engkau hanya sekedar singgah

Ucapmu karena banggamu
Ucapmu karena kau diagungkan dirinya
Ucapmu terasa perih di hati
Ucapmu menggores luka

Kalimat sekedar saja, sebagai pengingat buat hati hati yang telah teragungkan. Bijaklah dalam banggamu. Kami percaya, engkau hebat, karena itu engkau di sini. Namun jangan kau agungkan dirinya di depan kami karena pujiannya. Sungguh kami tersakiti. Kami bangga telah memilih mu. Dengan persahabatan dan kebersamaan lah kami memujimu.
Wahai saudaraku, mari bersama kita bijak meski hati serasa di langit. Jagalah hati orang orang disekitarmu. Karena suatu saat, engkau akan tahu, kenapa engkau ditakdirkan bersama kami.

Minggu, 29 September 2019

SENYUM DONK MAK...

Pagi ini seperti biasa, pagi pagi udah ribet sama yang namanya lauk pauk. Maklumlah ibu karir, hehehe. Alhasil, keluarlah diriku pagi ini untuk membeli lauk pauk mateng. Lebih cepat dan yang pasti lebih enak ya. Ah, tapi itu mah udah biasa... Gak enak lah kalau diomongin, kurang seru. Supaya lebih betah, paling uenak tuh, ngerasanin orang alias ngomongin orang...eits, jangan salah ya, kita ngomongin dengan tujuan dapat pelajaran yang luar biasa. Seperti halnya, kalau kita ngomongin para sahabat nabi, tujuannya apa ayo? Pastinya, buat pelajaran juga kan. Nah, yuuuks...kepoin

Ceritanya tuh gini, pas beli lauk pauk, ada ibu ibu yang ukuran standar nya sih cantik bagi saya, dan gak pas lah kalau dia dibilang jelek. Tapi, ini ibu saya gak kenal, siapa dia, apalagi rumahnya dimana? Ws, pokoknya gak kenal blas. Namun, anehnya ibu itu ngajak ngobrol saya seperti kami udah kenal lama gitu... Nah, yang bikin ngeh lagi, ketika dia bercerita sambil mengeluh akan kondisi anaknya yang lagi magang, butuh biaya besar dan agak jengkel sama anaknya karena si anak pulang pulang melulu dari magangnya. Masih banyak lagi keluhannya, yang jelas seputar perekonomian.

Entah apa yang diceritakan, dikeluhkan, akhirnya pemahaman ini semakin kabur setelah lihat muka ibu itu dan ternyata, ibu itu sangat cantik. Ada tahi lalat pisan yang nongkrong di wajahnya. Makin manislah tuh muka. Namun, manisnya terlihat menipis dan nampak kusut banget, kayaknya ketutup sama keluhannya ya ... Sehingga dia gak sedap dipandang. 

Wahai emak, kalau masalah ekonomi, emak mana sih yang bilang uang ku berlebih, Anda mau? Gak akan ada kan. Tapi kalau dibilang kurang, pasti semuanya ngacung.
Nah, wahai emak, sebenarnya jika Anda punya masalah, entah itu di bidang ekonomi keluarga, anak-anak, suami, orang tua, mertua, tetangga, saudara atau yang lain, sebenarnya Anda tidak sendiri, masih banyak emak yang lain yang punya masalah seperti Anda. Sangat tidak bijak kan kalau kita bermuka kecut dihadapan semua orang. Lagian dengan bermuka kecut apa ekonomi keluarga Anda langsung meningkat? Enggak kan. Nah mak, dari pada kecut gitu mending kita buat senyum. Berikan senyuman manis pada semua orang yang dijumpai, selain menjadi terapi supaya Anda tidak stress, senyum juga ibadah lho ... Itung-itung bagi bagi sedekah paling murah lho.

Ayo... Gerakan sedekah senyum 

Sabtu, 28 September 2019

Reward mainan murahan

Hmmm... Hari ini jalan ke rumah mertua Indah. Yup, waktunya nyenengin si kecil. Di daerah asal suami kebetulan ada carnaval yang pesertanya lumayan banyak dan dari warga sendiri. Alhamdulillah, si kecil asyik. Namun ada yang jadi fokus utama emaknya. Cusss yuk...

Entah kenapa ya... seperti ada rasa aneh gitu ketika merhatiin ada emak cantik, ngebule dan kinclong abis lagi dampingi anaknya ikut carnaval. Eh, disamping anaknya, dia malah berjoget ala- ala kasih contoh anaknya yang sepertinya udah kelelahan. Maklumlah, kalau diperhatiin anaknya masih balita, jadi capek lah joget sambil jalan. Dan istimewanya lagi, sambil kasih contoh joget, si emak juga nunjukin mainan dokter dokteran dari plastik yang dibawa sama baby sisternya kali ya ... Duuh, rasanya gimana gitu hati ini.

Kalau boleh ambil kesimpulan nih... Sepertinya emak itu pingin anaknya joget terus nanti dikasih reward mainan plastik murahan itu. Supaya lebih semangat dan bisa tampil joss gitu. 

Wes, rasanya nyesek banget ni dada tapi ada senyum getir sih ngeliat nya.  Tampilan semacam gitu aja, emaknya udah heboh bikin reward meski murahan. Terus anak-anak kita yang udah bisa baca tulis Alquran, bisa sholat bahkan punya empati sesama teman... dikasih reward apa mak ?, Logikanya reward nya harus lebih gede dan berharga mahal lho mak, karena anak kayak gitu luar biasa dan itulah yang dinamakan investasi termahal. 

Nah, terkait emak yang kasih contoh joget gimana donk, sah- sah aja kan? Ya... Terserah deh kalau yang gituan. Itu bagi emak yang pingin jadi artis atau aktor kali ya ... Kalau emak pingin anaknya pintar ngaji, sholat dan empati, emaknya juga kasih contoh donk . Sepertinya yang disampaikan oleh Agus Mulyono dalam bukunya Hypnoparenting " Mother as example " nah lho? Lha kalau emaknya suka joget pingin punya anak yang pintar ngaji dan sholat kan aneh ya? Hehe, tapi boleh aja kan. 

Jadi intinya, peran orang tua dalam masa depan anaknya sangat penting, bahkan tidak bisa ditinggalkan. Dan ingat pepatah : " Buah jatuh tak jauh dari pohonnya ". Yup, Ayo berlomba kasih contoh terbaik buat Ananda kita, supaya dia benar benar menjadi investasi termahal sesungguhnya.

Kamis, 26 September 2019

Perhatianmu bikin aku tersenyum, Sayang

Perhatianmu bikin aku tersenyum, Sayang. Hmm, sesuatu yang so sweet dech... Eit, tapi jangan nyibir dulu yach... Siapa sih yang gak senang diperhatikan? Pasti semua tanpa kecuali kan ya ... Aku percaya, dirimu baik sayang. Namun engkau masih anak - anak, jiwa labilmu masih sering meledak - ledak. Karena kelabilanmu, dirimu dikenal dengan sosok yang nakal. Tapi buat aku... Engkau istimewa, dirimu lebih baik dari yang lain. Oh... Arwani!

Yup, sosok Arwani saat ini masih duduk di bangku MTs kelas 8. Dengan semua keaktifannya dimasa pubernya, hampir semua guru mengatakan dia nakal. Dengan titik pandang yang beda, bagiku Arwani luar biasa. Seorang remaja yang tiap hari mulai pagi hingga malam sudah memiliki tanggung jawab merawat adik - adik kelas 3 sebanyak lima orang. Dia harus membangunkan, menyiapkan semua keperluan sekolah adik - adiknya, menggiring ngaji  sampai nggiring tidur dengan telaten, itu adalah pekerjaan yang luar biasa. 

Lima anak ... yup, lima anak dirawat oleh anak remaja laki - laki! Dia aktif bukan nakal. Aktif sesuai usianya. Tak mungkinlah dia akan 100 % seperti orang dewasa. Apapun kata mereka, bagiku dirimu sungguh istimewa...


Jangan Kau Bandingkan Aku, Mama!

Agus Sutiyono dalam buku Dasyatnya Hypnoparenting mengatakan : " Didiklah anakmu sesuai masanya jangan engkau bandingkan dengan masamu ". Sebuah ungkapan yang seakan membangunkan kita semua dalam mendidik. Tak jarang diantara kita, baik sebagai orang tua atau pendidik lebih banyak menceritakan masa lalu kita kepada anak - anak dengan harapan mereka bisa menjadi seperti diri kita saat dulu. Ternyata masyaAlloh, itu adalah sebuah kesalahan besar. Kesalahan dalam mendidik tentu akan berakibat buruk terhadap mental anak dalam membawa diri.

Tanpa disadari oleh kita, masa lalu jauh berbeda dengan zaman now yang semua serba canggih. Maka mendidik pun harus sesuai dengan zamannya. Bukan kita hanyut terbawa arus, kita tetap berpegang pada prinsip. Namun prinsip kita bawa dan sesuaikan penyampaiannya sesuai zamannya. InsyaAlloh dengan begitu, mental anak - anak tetap berpegang teguh pada prinsip dan tetap exist di zamannya

Mari bersama, masuk ke dunia mereka. Kenali dunia mereka dan hiduplah sebentar dalam dunia mereka. Dengan begitu kita akan mudah memasukkan nasehat atau apapun kedalam hati dan otak mereka. 

Dan perlu juga kita ingat sepanjang profesi kita sebagai orang tua ataupun pendidik bahwa mendidik itu bukan sesuatu yang bisa dilihat langsung hasilnya, bukan pula sebuah proses membalikkan tangan. Mendidik adalah sebuah proses panjang yang melibatkan hati para orang tua dan pendidik serta hati para peserta didik. Dan yang terpenting sekali adalah mengingat bahwa tugas kita adalah mendidik, berperan dalam prosesnya. Namun hasil, semuanya adalah hak mutlaq Alloh SWT.

Rabu, 25 September 2019

Jalan mimpi menuju kehidupan

Jalanan yang menanjak dan terjal... Kami lalui tanpa sebuah kendaraan pun. Lelah berpiluh kami sekeluarga menaiki jalan itu, sesekali si kecil merebahkan diri di rerumputan samping jalan, merebah melepas lelah.  Perjalanan ini begitu jauh, rumah kami pun tak kunjung kelihatan dari lokasi kami. Tak terasa air mata menetes seakan hendak bersuara, sampai kapankah perjalanan ini ku tempuh.

Kisah dalam mimpi semalaman sungguh membuat dada sesak. Air mata seakan mengiringi derunya dada yang protes. Seakan ingin mengungkapkan, sebuah mimpi yang hampir sama dengan kenyataan hidup.

Ya... Proses menjalani hidup adalah sebuah perjalanan yang jauh dan panjang. Bahkan tak jarang, duri - duri kehidupan seakan menjadi pelengkap akan proses yang berjalan. Namun seiring itu pula, sang mentari dengan cahaya khasnya senantiasa memberi harapan, seakan berkata : "Teruslah berjalan, jangan kembali ... aku kan terus menemanimu ". Walau terkadang awan mendung menyapa : "Berhentilah sejenak, istirahatlah dan tengoklah ke atas... Alloh SWT dengan Maha kasih dan sayangNYA.

Pada dasarnya ada dua titik penting dalam diri kita yang perlu diperhatikan, dialah kelahiran dan kematian. Namun ada yang lebih penting yakni diantara keduanya, dialah jalan kehidupan antara kelahiran dan kematian. Jalan dimana kita bisa mensyukuri dan mengambil hikmah akan dilahirkannya ke muka bumi ini dan sentiasa ingat bahwa masa depan kita adalah akherat. Maka benarlah jika tugas kita dalam perjalanan ini hanyalah bersyukur dan mengingat-NYA.

Semoga kita semua sukses di dunia dan Akherat... Aamiin

Kamis, 12 September 2019

Ini Anakku Itu Anakmu

Malam ini, saya didatangi oleh seorang ibu ibu yang mendaftarkan anaknya untuk belajar di bimbel Rumah Pendidikan Avicenna. Alhamdulillah hati ini sungguh riangnya, karena untuk yang kesekian kalinya kami dipercaya oleh masyarakat untuk melanjutkan tugas para guru di sekolah. Diiringi dengan doa, semoga bimbel ini bisa Istiqomah sepanjang masa.

Riang dan syukur tercermin dalam wajah saya. Namun ada sesuatu yang menarik perhatian hati saya, terkait cerita ibu tersebut perihal anandanya yang berdasarkan data anak tersebut masih usia TK. Usia yang masih sangat kecil, usia dimana anak-anak waktu itu dalam pikirannya mungkin hanya bermain. 

Di zaman now, berbeda jauh dengan zaman saya dahulu. Seperti halnya diatas, masa TK zaman saya lebih banyak untuk bermain, namun sekarang anak-anak sudah dituntut untuk belajar, meski dengan bahasa "bermain sambil belajar, belajar sambil belajar". Apapun istilahnya, intinya satu yakni belajar. 

Kembali ke curhatan sang ibu tadi, dalam ceritanya, anandanya merupakan anak yang sensitif, dia tidak mau sekolah, ngaji dikarenakan dia takut dan trauma karena ketika dia sekolah dulu gurunya membentak temannya yang sekelas. Entah apa yang ada di pikiran Ananda, tapi ananda benar benar takut dan esok tak mau lagi masuk sekolah dan ngaji. 

Cerita ibu berlanjut hingga ibu berkata : " Kenapa anak saya seperti itu nggeh Ustadzah, padahal saya selalu membujuknya untuk masuk sekolah, kenapa anak saya tidak seperti anak anak yang lain ya ? " Pertanyaan ini yang kemudian menjadi perhatian saya.

Terlepas dari pembahasan belajar dan kondisi di tempat belajar, ana sedikit ingin membahas tentang ungkapan orang tua terhadap anaknya. Wahai Bapak Ibu, di atas saya tulis judul "Ini Anakku  Itu Anakmu ". Judul itu bermaknakan bahwa anak saya beda dengan anak Anda atau sebaliknya. Maka jangan pernah Anda menyamakan anak-anak kita karena itu merupakan sesuatu ketidakadilan. Anak kita merupakan anugrah terindah yang Alloh SWT titipkan kepada kita. Lalu mengapa anugrah terindah harus Anda lirik sebelah mata.

Tanpa bermaksud menyalahkan Anda sebagai orang tua karena saya anggap ungkapan ataupun pertanyaan Anda merupakan kiasan yang bermakna saya ingin memiliki anak yang normal seperti anak - anak lainnya. Anak normal dalam artian Ananda merupakan ananda yang bisa hidup sesuai masanya dan bisa hidup di tengah - tengah hiruknya suasana di dunia mereka. Dan bagi saya, keinginan orang tua seperti itu adalah sebuah kewajaran. Orang tua mana yang tidak ingin anaknya seperti anak lainnya, jawabnya pasti semua inginkan?. Oleh karena itu mari kita berpikir sejenak, bagaimana sebenarnya kita memandang anak - anak kita?

Bapak Ibu, Para Orang Tua ingatlah dahulu ketika Anda lama belum dikarunia seorang anak, bagaimana Anda memintanya, ingatlah bagaimana Anda menimang anak Anda sewaktu bayi dan balita? Oooh... sesuatu yang indah bukan? Lalu, ingatlah ketika Anda melihat anak Anda dengan pandangan kecewa karena tak sesuai dengan keinginan Anda. Anda sungguh tak adil, Anda sungguh menganiaya hati anak - anak Anda. Bapak Ibu, Anak Anda adalah anugerah terindah yang Alloh SWT titipkan kepada Anda, dia merupakan bibit pilihan yang Alloh SWT taruh di rahim Anda. Maka bersikap manislah Anda pada mereka dan bersyukurlah pada Sang Kuasa. Anak Anda adalah cerminan Anda dan dia jauh berbeda dengan orang lain. Jangan kau samakan mereka dengan yang lainnya karena mereka diciptakan berbeda.

Wahai para Orang Tua, mari kita belajar sabar akan proses pertumbuhan dan perkembangan anak - anak kita. Jangan bilang mereka lambat atau cepat, karena campur tangan Anda juga menentukan semuanya. Mari bersama kita koreksi diri, benarkah didikan kita selama ini karena bagaimanapun juga andil kita hampir 100 % menentukan bagaimana mental Ananda saat ini.

Selamat berjuang Bapak Ibu, ingatlah sebesar apapun perjuangan Anda itu adalah investasi terbesar dan termahal Anda, InsyaAlloh suatu saat Anda akan memetik hasil dari yang Anda tanam hari ini.


Memory, 12 September 2019

Senin, 09 September 2019

Lelahku bahagia mu

Ntah berapa jam air mata ini tertahan, namun kini ia jatuh seakan mau melepas kesedihan yang bersinggah di hati. Entah ini luapan marah, kecewa atau mungkin catatan pelampiasan. Apapun itu, biarlah ku tulis di sini, mungkin sekedar mendampingi air mata yang keluar dari kelopak mata ku.

Pagi yang cerah, secerah hatiku. Yang kemudian semangat semakin membakar ghirohku. Namun pagiku disambut dengan amarahmu karena satu kesalahanku. Kesalahan yang bagiku tanpa ada kesengajaan, kesalahan yang murni karena khilaf diriku. Walau sebenarnya tak ariflah ketika engkau tamparkan kesalahan itu padaku pribadi. 

Namun ku selalu mencoba tuk memahami dirimu, mungkin karena kelelahanmu hingga engkau bersikap seperti itu. Atau mungkin karena watak kerasmu yang membuat engkau lupa siapa diriku. 

Tanpa bermaksud ku ungkit kebaikan yang telah engkau terima dariku, namun mungkin ini caraku supaya aku lepas dari kecewa akan sikapmu hari ini.

Aku tahu, engkau lelah hari itu
Aku tahu banyak kata adu yang tersimpan
Aku tahu upahmu yang tak sebanding dengan jasa besarmu
Aku tahu kemampuanmu yang membuat aku juga bangga

Aku tahu bagaimana lelahmu mengantarkan murid murid ku. Dengan medan yang ganas, dengan upah 300 ribu perbulan, dengan kesibukanmu engkau rela demi pengabdianmu pada sang pengantar masa depanmu.

Tapi ketahuilah nak, selama 3 tahun aku mendidikmu, aku tak pernah marah karena aku lelah.
Aku tak pernah marah ketika engkau berucap salah padaku
Aku tak pernah marah ketika engkau seperti acuh pada perintah ku
Aku tak pernah marah ketika gaji bulanan ku kecil
Aku tak pernah marah ketika gajiku terpaksa tertunda

Aku tak pernah marah sama dirimu nak, karena aku sadar bahwa tugasku adalah mengantarkan dirimu ke gerbang masa depan. Mengantarkan ibarat sebuah perjalanan yang panjang, di sana pasti ada sesuatu yang harus kembali memfokuskan tujuan utamaku.
Iya, aku sadar itu, dan kini ketika engkau dewasa, berada di masa depan. Engkau marah pada ku hanya karena kesalahan tanpa sengaja dalam kehidupan sehari saja.

Terima kasih nak, hari ini semakin kusadari bahwa guru adalah profesi mulia. Dia tak boleh marah, kecewa ... Yang ada hanya keyakinan, bahwa apapun yang telah diberikan kelak akan diganti dengan kebaikan dan kebahagiaan yang luar biasa.

Sukses selalu buat kamu sayang... maafkan diriku yang khilaf karena membuat dirimu kecewa. Aku ikhlas dengan lelahku engkau bahagia, karena itu aku bangga menjadi diriku.

Salam love buat anak anak ku... Belajar menghargai akan lebih baik buat dirimu



Sabtu, 07 September 2019

BEBAS

Hari ini belajar bersama anak anak sungguh menyenangkan. Bagaimanapun tidak, hari ini saya melihat anak anak semua berada di dalam kelas, berbeda dengan biasanya, masih ada beberapa anak yang masih main bahkan keluar dari lingkungan sekolah, entah karena keperluan apa. Selain itu, kami belajar dengan secara terbuka, rileks tapi serius. Materi dapat, nasehat pun masuk. 

Inti yang membuat saya bahagia, anak-anak mau berbicara terbuka tentang perilaku pelanggaran mereka terhadap peraturan sekolah. Yang menarik dari bicara mereka adalah mereka ingin kebebasan. Mereka mengeluh, karena di sekolah mereka merasa di kekang harus berada di lingkungan sekolah mulai jam 06.45 - 13.30 WIB, waktu yang terbilang lama dan mungkin sangat menjenuhkan bagi mereka yang aktif alias tak bisa diam. Setelah pulang sekolah, mereka harus tinggal di pondok, di sana pun mereka terjebak dengan aturan pondok, maklum lah separuh dari murid saya adalah anak pondok. Mereka jenuh dan ingin keluar dari peraturan, mereka ingin hidup bebas selayak kupu kupu yang beterbangan.

Dan ketika saya tanya mereka sekaligus menantang hidup bebas, "Siapakah manusia yang bisa hidup sebebas bebasnya?", terceletuk dari salah satu lesan mereka " orang gila yang bisa hidup bebas ". Jlep...jlep... Seakan ada titik terang di hati mereka, kesadaran seakan mulai mengitari mereka. Bahwa pada dasarnya kebebasan itu tidak ada. 

Tanpa di sekolah, tanpa di pondok bahkan tanpa di rumah pun, peraturan tetap mengikat kita. Karena kita hidup pada bumi Alloh SWT, dan DIA memiliki peraturan yang jelas bahwa hidup harus bermanfaat bukan membuat kerusakan.

Semoga anak anak ku menjadi pribadi yang Sholeh Sholehah dan hebat... Aamiin

Selasa, 03 September 2019

Bismillah 15 ribu

Tanggal 1 tiap awal bulan, sesuatu yang menggembirakan dan mungkin sesuatu yang ditunggu. Dan sama bagiku, tanggal 1 adalah tugas bagi - bagi gaji bimbel. 

Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar dan keuangan mencukupi. Meski semua serba minim tak apalah, aku senantiasa bersyukur karena sampai detik ini dengan gaji yang sangat minim, aku memiliki tim yang begitu hebat, tim yang memiliki keikhlasan luar biasa dalam berbagi ilmu kepada anak-anak yang merindukan. 

Bimbel yang telah terintis sejak bulan Juli 2018 dan berpindah ke rumah kontrakan dengan modal nekad pada bulan Oktober 2018 lalu, kini berjalan dan hidup dengan biaya seikhlasnya. Biaya yang kami terima, tak sekedar buat gaji tapi juga tuk biaya operasional bimbel. Namun Alhamdulillah kami senantiasa bersyukur sampai detik ini, bimbel Avicenna masih dipercayakan ke kami. Dan tekad kami InsyaAlloh atas ijinNYA bulan September kami bisa menunaikan gaji 15 ribu tiap pertemuan.

Bismillah Ya Alloh, kami yakin Engkau Maha Tahu, dan Engkau Maha Pemurah...atas ijinMU Engkau akan memberikan kemudahan dalam On The Way 15 ribu tiap pertemuan... Aamiin

Rindu Kasih Sayang

Seperti biasa, dia masuk sekolah dengan berseragam lengkap serta tas punggung yang setia mendekap punggungnya. Namun kegalauan dan ketidaknyamanan tersirat di matanya dan seakan dia tidak mau bahkan enggan masuk ke kelas hari itu. Aku yang hari itu ada jam di kelasnya, mencari - cari kemanakah cowok ganteng yang kala itu berbincang lama dan bincang kami dari hati ke hati, hingga berterus teranglah dia akan kondisi hatinya yang semakin keruh karena telah tercampur dengan berbagai masalah remaja yang tak sama dengan temannya yang lain.

Hari ini, dialog kami disertai dengan mata memerah yang terkadang meneteskan air mata karena semua seakan menyesakkan di dada, namun aku seakan tak berkutik, aku hanya bisa mendengar dan sedikit kasih motivasi. Namun selebihnya, yang dia butuhkan sebuah kasih sayang tak bisa aku berikan seperti halnya orang tua kandungnya.

Wahai anakku Dafa, di hati ini tersimpan kasih sayang yang begitu besar padamu nak, tapi diriku sulit tuk menyampaikan karena aku cuman gurumu yang pertemuan kita hanya terbatas beberapa jam dan itu pun disibukkan dengan belajar. Entah kapan, atau dimana aku bisa memberikan kasih sayang selayaknya ibu kandungmu, tapi yang jelas aku gurumu selalu berdoa semoga engkau baik baik saja dan segera mendapatkan apa yang kau rindukan, Aamiin...

Salam sayang dari ku buat kamu Dafa

KEINGINAN JELANG TIDUR

  Jangan tanya ya, kenapa? Karena mata sebenarnya tinggal 5 Watt tapi keinginan masih 100 persen.  Dan entah dari mana, saat ini butuh sekal...