Senin, 06 Januari 2020

Anakku Calon Pebisnis Ulung

Di sela obrolan saya bersama karyawan bimbel, tiba - tiba HP berdering dan dengan permisi saya buka dan angkat telpon genggam itu... ealah ternyata si Nizam, putra sulung yang saat ini berusia 7 tahun. Dalam telponnya dengan jelas dan runtut, dia mengatakan : "Bunda, jangan lupa nanti pulangnya belikan aneka buah, plastik, gelas dan sendok kecil ya ... saya tunggu jam 8 malam harus sampai di rumah". Nah lho, senyum tipis dan rasa nano nano mulai menyeruak sambil berkata dalam hati " Hadeeh... kok malah Bundanya diperintah belanja!". Namun, apalah dikata karena ada rasa bangga dan kagum, akhirnya berangkat juga untuk belanja sesuai pesanan. Ayah Bunda, sedikit cerita ya, ini Nizam anak saya berniat mau jualan es buah di tempat Bimbel Bundanya, gegara ada kulkas pinjaman dari omnya yang ditaruh di bimbel. Dan semakin bikin senyum aja ketika dia bilang bahwa semua uang hasil jualan es harus diserahkan ke Nizam, entar mau dikumpulin dan kalau sudah banyak akan dibuat beli mobil, Nah lho ... kan gak bisa ditahan ni senyum, dengerin celoteh anak 7 tahun kayak anak dewasa yang udah kerja aje. Jadi terbersit dalam hati kayaknya Anakku calon pebisnis ulung... Aamiin, hehehe. Tapi maklumlah, kayaknya semua tingkahnya meniru apa yang dilakukan oleh Ayah Bundanya yang saat ini sedang merintis berbagai usaha wiraswasta. Tanpa kami sadari, ternyata apa yang kami lakukan saat ini, diterima oleh anak - anak dan sampai berkeinginan punya usaha sendiri.

Ayah Bunda, cerita diatas adalah fakta. Bukan berniat curhat atau pamer. Tapi di sini saya ingin sekali menyampaikan bahwa anak - anak itu adalah peniru yang ulung, hampir semua yang dilakukan Ayah Bunda akan di rekam dengan sangat kuat bahkan rekaman itu bisa dia wujudkan dengan nyata tanpa adanya perintah atau ajakan. Ayah Bunda, Anak kita adalah rekaman kita. Maka anak sholeh dan sholehah itu ya tergantung pendidikan atau gaya hidup yang diterapkan Ayah Bundanya di rumah. Kesholehan anak - anak kita adalah tanggung jawab kita sebagai orang tua, bukan tanggung jawab sekolah. Lalu, bisa Anda bayangkan jika di rumah gaya hidupnya ala barat maka anak - anak ya cenderung bergaya hidup barat. Jika dalam rumah kita ada gaya hidup islami maka yang tebentuk di anak kita adalah anak yang bergaya islami.

Ayah Bunda, banyak di antara kita yang kurang menyadari bahwa anak itu adalah cerminan kita. Sehari semalam terdiri 24 jam. Di dalamnya ada jam sekolah mulai jam 06.30 WIB hingga 13.30 WIB, jumlah 7 jam di sekolah. kemudian sore ngaji jam 16.00 WIB - 17.30 WIB, jumlah 1,5 jam. Jadi total anak kita belajar di luar adalah 8,5 jam dalam sehari semalam. Selebihnya, atau kurang lebih selama 15,5 jam anak - anak bersama Ayah Bundanya di rumah. Lalu, ketika anak Anda nakal yang disalahkan adalah guru - guru di sekolah atau guru ngaji, salahkan? Bukankah anak lebih banyak bersama dengan Ayah Bunda, kenapa harus orang lain yang di salahkan.

Ayah Bunda, Andai kita mau menggunakan waktu 15,5 jam untuk mendidik anak - anak kita dengan maksimal maka bisa diprediksi anak - anak kita akan menjadi sosok seperti apa yang kita didik. Menjadi orang tua tidak ada sekolah khusus, namun dengan kesadaran untuk terus menggali ilmu dari berbagai sumber tentu akan sangat luar biasa. Karena ilmu itulah yang akan mendampingi kita dalam mendidik anak - anak kita sesuai dengan harapan kita sebagai orang tua. Jadi mari bersama sama kita menjadi orang tua yang bisa menggiring anak - anak kita menjadi pebisnis ulung atau profesi apa saja, yang terpenting adalah anak - anak kita menjadi pribadi yang sholeh sholehah.

Selamat pagi dan sukses berkarya !


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEINGINAN JELANG TIDUR

  Jangan tanya ya, kenapa? Karena mata sebenarnya tinggal 5 Watt tapi keinginan masih 100 persen.  Dan entah dari mana, saat ini butuh sekal...