Minggu, 28 Juli 2019

Ketika Sayang Terbagi

Entah apa yang aku rasa saat ini, ada penerimaan tapi ada penolakan. Aku tahu siapa dirimu tapi aku tak suka dengan apa yang engkau lakukan. Aku menerima dirimu apa adanya, maka jangan kau sakiti diriku dengan sesuatu yang tidak aku suka.

Menjadi seorang duda atau janda sebenarnya bukanlah sebuah pilihan awal. Dia hadir ketika semua tak lagi sesuai harapan. Berikut juga meninggalkan anak tercita karena perceraian bukanlah pilihan seorang ayah atau bunda, itu merupakan konsekuensi ketika kita harus berpisah pasangan kita di tengah - tengah perjalanan rumah tangga kita. Dan perceraian akan meninggalkan kisah yang amat sangat pahit, namun demikian dia tak bisa dilupakan, apalagi jika ada anak yang terkorbankan. Kepahitan itu akan sangat terasa jika jalinan hidup berikutnya penuh dengan liku - liku perjuangan.

Penulis ingin bercerita tentang kisah seorang suami yang ekonomi belum mapan namun dia tertanggung biaya hidup anaknya hasil pernikahan dengan istri pertamanya. Ekonomi yang masih dalam ikhtiar rumah tangganya yang kedua menjadikan sang istri kecewa karena suami harus membagi sayangnya kepada anak pertamanya. Sayang yang berupa pemberian biaya hidup, apalagi suami memberikan semua itu dengan sembunyi - sembunyi dan memakai jasa perhutangan. Karena ekonomi masih terkatung - katung maka hutang sang suami menjadi beban istri yang sekarang. Sebenarnya istri sangat menyadari akan status suaminya yang memiliki anak di sana dan ia juga paham akan kewajiban seorang ayah membiayai hidup anaknya, bahkan ia menyadari dan berharap dengan segala pengertiannya maka ia akan dimudahkan dalam segala ikhtiarnya. Namun karena sembunyi dan hutang dan istri akhirnya harus terbebani itulah yang akhirnya menjadikan hubungan suami istri menjadi tak sehat lagi.

Wahai pembaca, melalui cerita di atas penulis ingin berpesan, hargailah istri anda, ajaklah ia komunikasi. Bukankah ketika engkau menikahinya, istri tahu masa lalumu. Dan dia tetap mau dinikahi olehmu para duda beranak. Itu artinya istri sebenarnya mau berbagi rizqi dengan anakmu disana asalkan semua dikomunikasikan. Ketika istri mau berbagi, maka bebanmu akan terkurangi. Engkau telah menghargai istrimu sebagai patner yang solid. Komunikasi sangatlah penting. Dari komunikasi muncullah musyawaroh dan kemudian kesepakatan. Maka hubunganmu dengan istri akan sangat harmonis. Sekali lagi, komunikasi dalam sebuah rumah tangga  merupakan pintu menuju rumah tangga yang sakinah mawaddah Wa Rohmah, Insya Alloh...

So, Jadikan masa lalumu sebagai pelajaran dan jangan sampai engkau jatuh pada lubang yang sama.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEINGINAN JELANG TIDUR

  Jangan tanya ya, kenapa? Karena mata sebenarnya tinggal 5 Watt tapi keinginan masih 100 persen.  Dan entah dari mana, saat ini butuh sekal...