Melewati jalanan besar dengan bersepeda motor membuat diri asyik tengok kanan dan kiri. Pemandangan alami begitu indah dan berbagai model minimalis dalam perumahan pun seakan membuat mata terlena. Namun ada kata yang terlintas, yang membuat keasyikan menjadi kemanyunan yang penuh dengan tanda tanya. Kata yang mungkin bagi saya di wilayah timur tak pantas untuk di ucap bahkan dilihat pun terasa saru.
Kata yang terlintas di mata itu, kata " JANCUK " mohon maaf ini harus saya tulis dengan jelas, dengan tujuan supaya tidak ada kesalah pahaman di antara kita. Kata itu terlintas dua kali di depan mata. Pertama, kata tersebut menjadi sebuah nama makanan di warung pojok kaki lima. Kedua, kata tersebut tertulis jelas di kaos seorang remaja yang lewat di depan saya. Tentu saja, ini bukan kebetulan. Seakan hendak menunjukkan maksud tertentu, apa itu? Entahlah.
Bagi sebagian wilayah, mungkin kata tersebut bukan sesuatu yang saru, menjadi kata yang biasa digunakan oleh masyarakat. Tapi bagi saya, kata tersebut seperti mencemooh dengan menjatuhkan harga diri dari yang dicemooh. Tentu saja sangat menyakitkan. Kata tersebut di wilayah saya sangat dihindari untuk di ucapkan.
Namun bukan masalah di warung atau di kaos. Fokus saya adalah pada pendidikan karakter yang telah tercanangkan oleh pemerintah seiring dengan diberlakukannya kurikulum 2013 pada sekolah - sekolah, termasuk sekolah yang terdapat di wilayah kami. Pendidikan karakter telah diusahakan oleh para guru untuk terlaksana sesuai harapan pemerintah. Namun pada pelaksanaannya sudah sangat tentu membutuhkan dukungan dari semua pihak.
Jika sebuah cita telah tertanam pada program dan berjalan rapi namun tanpa dukungan dari pemerintah dan warga sekitar maka hal itu akan sangat melelahkan. Siapa yang lelah? Tentu saja para pelaksana program tersebut. Dalam hal ini adalah guru dan tenaga kependidikan di sekolah sekolah. Para guru yang mengerahkan segala tenaga untuk mewujudkan cita dan harapan dan pelaksana total dari program kini akan hangus. Misal kasus kata yang tersebut di atas, tanpa ada penanganan dari pemerintah terkait dengan warung yang menyajikan menu dengan kata saru. Bahkan dari kaos yang tertulis kata saru. Semisal ada kepedulian dari pabrik kaos ataupun masyarakat maka semuanya akan berjalan seiring dan itu mempercepat terwujudnya cita dan harapan kita semua... InsyaAlloh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar