Setelah kurang lebih 9 bulan lamanya dalam kandungan disertai heroiknya Ayah Bunda, tibalah ia pada gerbang menuju pintu dunia. Gerbang ini yang kemudian kita kenal fase kelahiran. Coba Ayah Bunda, ingat kembali ketika istri kita hendak melahirkan, suara apa yang di nanti ? Dengan segala galaunya, kepanikannya, saat menunggu di depan ruang persalinan hanyalah suara tangisan bayi kita yang kita tunggu. Iyakan ? Suara tangisan bayi kita menjadi senyum terikhlas kita, seakan kita menang akan sebuah pertandingan besar. Memang benar sih, buat Bunda, melahirkan adalah pertandingan, pertandingan hidup dan mati. Sakitnya saat itu mungkin tak dapat lagi diceritakan. Tak ada rasa sakit yang menyamai saat kondisi genting saat hendak lahiran. Namun ketika tangisan bayi mungil kita, rasa sakit itu seakan langsung hilang. Ajaib bukan ? Dan Ayah serta keluarga yang lain pun sangat bahagia. Maka tak salah jika saya menuliskan kalimat, tangisanmu bahagia kami.
Sampailah sang buah hati di dunia bersama kita, keluarga baru kita. Kehadirannya, telah merubah semua suasana keluarga. Semuanya menjadi bahagia ... Bahagia yang diiringi oleh canda tawa sang buah hati. Namun di sini perjuangan berikutnya akan dimulai lagi. Iya, perjuangan Ayah Bunda dalam mendidik anak telah masuk pada ronde berikutnya. Mutia Anggraeni dalam tulisannya mengatakan bahwa usia 0 - 3 tahun merupakan usia emas, di masa ini anak akan menjadi peniru ulung (https://parenting.dream.co.id/ibu-dan-anak/pedoman-penting-saat-mengasuh-anak-usia-0-3-tahun). Memahami apa yang disampaikan oleh Mutia Anggraeni di atas, maka dalam usia tersebut anak tidak butuh banyak ucapan, yang dibutuhkan adalah perilaku Ayah Bunda setiap hari. Tentunya perilaku yang sangat mendidik. Sehingga pada masa - masa ini para orang tua sangatlah penting untuk memperhatikan setiap perilaku yang hendak diperbuat. Karena pada masa ini kita sebagai orang tua menjadi sorotan layar rekaman yang super. Rekaman yang susah dihapus, dan rekaman yang mampu menjadi pondasi dasar buat sang buah hati dalam menapaki kehidupan berikutnya.
Teringat seorang anak yang masih usia 2,5 tahun, Panggil aja dia si cakep Abidzar, dia selalu menggerakkan tangannya layaknya seorang juru parkir ketika ayahnya mulai mengeluarkan mobil dari garasinya. Dan hal itu selalu terulang dan terulang di hari berikutnya. Selidik punya selidik, ternyata anak ini sering melihat ayahnya melakukan hal tersebut ketika ada relasinya mulai mengendarai mobil. Maklumlah Ayahnya adalah seorang montir mobil.
Hal tersebut tentu bukan sebagai kebetulan saja melainkan ada pelajaran buat Ayah Bunda, ternyata apa yang kita lakukan itu cenderung di tiru oleh anak kita yang masih usia 0 - 6 tahun. Bahkan peniruannya bisa sama persis dengan yang kita lakukan. Coba Ayah Bunda bayangkan, bagaimana seandainya yang dilakukan Ayah Bunda semuanya adalah hal positif yang syarat dengan ilmu buat anak kita, tentu anak kita akan menjadi luar biasa hebatnya sejak dini. Yang dimaksud dengan hal positif yang syarat dengan ilmu, misal Ayah Bunda selalu sholat shubuh tepat waktu, mengawali semua aktivitas dengan bacaan Basmalah, disiplin olah raga, berdoa ketika hendak dan selesai makan, berdoa ketika hendak dan bangun tidur, senantiasa berkata sopan dan tebar senyum pada orang lain, dan lain sebagainya. Tentu anak kita akan meniru dan bisa jadi dia lakukan setiap hari. Tentu kita sepaham, jika suatu perbuatan yang dilakukan setiap hari dengan secara berulang maka hal itu akan menjadi karakter diri. Iya kan ? Maka, sekali lagi Anda bayangkan jika anak kita melakukan hal positif setiap hari dan di ulang - ulang maka anak - anak akan menjadi pribadi yang memiliki karakter sholeh. Karakter yang Anda bentuk tanpa sekolah formal tanpa banyak bicara, akan menjadi karakter dan pondasi dia dalam menapaki hidupnya kelak.
So, usia 0 - 6 tahun pendidikan anak berada di tangan orang tuanya. Berada di dalam keluarga. Dan ini yang disebut pendidikan usia emas. Maka jangan lewatkan masa - masa ini dengan menitipkan anak - anak pada orang lain atau pengasuh. Lebih - lebih pada orang yang karakternya sungguh jauh dari sholeh / sholehah. Anda sayang anak Anda bukan? Tentu dong, maka mari kita asuh dan didik anak kita mulai dari kandungan hingga usia keemasan. Jangan pernah lelah, Ayah Bunda !
Teringat seorang anak yang masih usia 2,5 tahun, Panggil aja dia si cakep Abidzar, dia selalu menggerakkan tangannya layaknya seorang juru parkir ketika ayahnya mulai mengeluarkan mobil dari garasinya. Dan hal itu selalu terulang dan terulang di hari berikutnya. Selidik punya selidik, ternyata anak ini sering melihat ayahnya melakukan hal tersebut ketika ada relasinya mulai mengendarai mobil. Maklumlah Ayahnya adalah seorang montir mobil.
Hal tersebut tentu bukan sebagai kebetulan saja melainkan ada pelajaran buat Ayah Bunda, ternyata apa yang kita lakukan itu cenderung di tiru oleh anak kita yang masih usia 0 - 6 tahun. Bahkan peniruannya bisa sama persis dengan yang kita lakukan. Coba Ayah Bunda bayangkan, bagaimana seandainya yang dilakukan Ayah Bunda semuanya adalah hal positif yang syarat dengan ilmu buat anak kita, tentu anak kita akan menjadi luar biasa hebatnya sejak dini. Yang dimaksud dengan hal positif yang syarat dengan ilmu, misal Ayah Bunda selalu sholat shubuh tepat waktu, mengawali semua aktivitas dengan bacaan Basmalah, disiplin olah raga, berdoa ketika hendak dan selesai makan, berdoa ketika hendak dan bangun tidur, senantiasa berkata sopan dan tebar senyum pada orang lain, dan lain sebagainya. Tentu anak kita akan meniru dan bisa jadi dia lakukan setiap hari. Tentu kita sepaham, jika suatu perbuatan yang dilakukan setiap hari dengan secara berulang maka hal itu akan menjadi karakter diri. Iya kan ? Maka, sekali lagi Anda bayangkan jika anak kita melakukan hal positif setiap hari dan di ulang - ulang maka anak - anak akan menjadi pribadi yang memiliki karakter sholeh. Karakter yang Anda bentuk tanpa sekolah formal tanpa banyak bicara, akan menjadi karakter dan pondasi dia dalam menapaki hidupnya kelak.
So, usia 0 - 6 tahun pendidikan anak berada di tangan orang tuanya. Berada di dalam keluarga. Dan ini yang disebut pendidikan usia emas. Maka jangan lewatkan masa - masa ini dengan menitipkan anak - anak pada orang lain atau pengasuh. Lebih - lebih pada orang yang karakternya sungguh jauh dari sholeh / sholehah. Anda sayang anak Anda bukan? Tentu dong, maka mari kita asuh dan didik anak kita mulai dari kandungan hingga usia keemasan. Jangan pernah lelah, Ayah Bunda !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar