Jumat, 07 Februari 2020

KETIKA IBU PERGI UNTUK SELAMANYA

Sekian hari lamanya, diri kami seperti tak terurus. Ditambah lagi dengan adik yang masih kecil - kecil. Ayah harus bolak-balik ke rumah sakit untuk perawatan ibu kami. Tak ada perhatian seperti dahulu ketika ibu sehat. Hari - hari kami, makanan ada di meja adalah cukup bagi kami. Ayah fokus pada perhatian ibu karena memang sakit ibu yang sekian hari kian parah. 

Hari ini mungkin hari yang baik dan di tunggu oleh Ibu. Setelah sekian lamanya beliau merasakan sakit yang amat sangat. Namun hari ini, Innalillahi Wa Innailaihi Rojiuun ... Alloh SWT telah mengangkat penyakit sekaligus nyawa ibuku. Dia pergi meninggalkan kami dengan sakit yang mungkin tak terasa lagi. Ibu sekarang bisa tidur nyenyak tanpa keluh akan sakit yang dulu ia derita. Selamat istirahat ibuku ... Tenanglah engkau disana. Terimakasih atas semua jasamu yang telah melahirkan serta merawat diri kami hingga hari ini kami tahu indahnya dunia. Semoga amal ibadahmu diterima oleh Alloh SWT dan tunggu kami di syurga firdaus ... Ibu !

Iya, kini ibuku pergi untuk selamanya. Ketika ibu pergi untuk selamanya ... Tak ada lagi kegembiraan dalam keluarga kami. Semuanya sepi, ada kehidupan namun tak terasa ada pada kami. Kami bertiga yang semuanya cowok hanya bisa saling tatap dan tangis yang memuncah tatkala adik yang saat itu masih usia 3 tahun merengek memanggil - manggil ibu ... Ibu. Seminggu setelah meninggalnya ibu kami ditemani dan dirawat oleh saudara dan kakek nenek kami, namun sepi hening muncul berhari hari setelah melewati tujuh hari meninggalnya ibu. Oh, ibu ... Kami rindu dirimu!

Berhari-hari lamanya setelah ibu pergi, dengan segala kemampuan ayah berusahalah memberikan yang terbaik buat kami bertiga. Namun, ayah tetaplah ayah. Dia tak mampu menggantikan posisi ibu yang dengan telaten merawat kami penuh dengan kasih sayang dan omelan yang khas di telinga kami. Semuanya terasa hambar. Dan akhirnya ayahku menyerah, bagaimana pun juga dia harus pergi keluar untuk mencari nafkah demi menghidupi kami bertiga. Pagi sampai siang, kami harus mampu merawat diri tanpa ayah dan ibu. Namun bukannya semua nampak baik - baik saja. Kami seperti tak terurus lagi.

Akhirnya, setelah 40 hari diboyonglah adik kami yang masih 3 tahun ke rumah kakek nenek. Namun kami berdua yang sudah ada di SD dengan terpaksa dititipkan di sebuah pesantren. Pesantren Qur'an yang selalu mendidik kami dengan keras karena disiplinnya. 

Ada iri dan rindu ketika melihat teman se pesantren dikirim oleh ayah dan ibunya. Kami rindu masa - masa itu. Namun, semuanya sudah pergi jauh. Tak ada harapan, semuanya terputus. Hanya Ayah yang selalu aku tunggu kehadirannya. 

Ayah, engkau satu- satunya sosok penyemangat hidupku. Aku bisa tersenyum karena engkau hadir di hadapanku. Aku gembira ketika engkau datang dengan pelukanmu. Ayah, aku tahu engkau juga terluka dengan semua ini, namun kami akan lebih terluka jika kami harus kehilangan Ayah Ibu kami. 

Kami adalah manusia - manusia kecil yang butuh bimbingan dan kasih sayang darimu. Cukuplah Ibu yang pergi jauh. Ayah, peluklah aku karena kini, hanya engkau yang aku miliki...

Kisah sedih anak-anak yang ditinggal oleh Ibu nya.  Namun masih ada harapan dari seorang ayah. 
Ayah bunda, Semoga kita selalu dalam lindunganNYA. Kita mampu mendampingi putra putri kita dengan segenap jiwa raga. Memberikan yang terbaik demi masa depan mereka dan yang terpenting, selalu ridho akan hidup mereka.

Salam semangat berbagi. Kisah sedih bukan untuk membuat diri sedih berlarut. Namun, bangkit dan terus berjalan tinggalkan kesedihan ... Karena masa depan harus cerah dan secerah harapan yang telah kita pupuk sejak lahir di bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEINGINAN JELANG TIDUR

  Jangan tanya ya, kenapa? Karena mata sebenarnya tinggal 5 Watt tapi keinginan masih 100 persen.  Dan entah dari mana, saat ini butuh sekal...