Kamis, 06 Februari 2020

Senyummu ...

Sore ... Seperti biasa, hari ini pun kami keluar kantor pada sore hari. Suasana mendung yang membuat kami bergegas memacu motor dengan km/jam yang lain dari biasanya. Namun secepat apapun laju motor kami, tak mampu menolak ajakan berhenti sejenak ketika lampu lalu lintas berwarna merah, sekedar mengajak dan mengajarkan akan pentingnya menyediakan waktu dan ruang kepada orang lain untuk melewati jalan yang sama. 

Ada fokus pandang yang kemudian ada tatap beriring senyum kecut diantara kami, aku dan dia. Iya, dia yang ada di depanku, yang sedang genjrang genjreng adalah muridku sendiri. Murid yang mungkin membuat iri hati temannya karena perhatian lebih yang kuberikan selama ini. Bagaimana tidak, saat itu dia adalah seorang santriwan pada salah satu pesantren di wilayah dekat sekolah kami. Dia terlahir dari keluarga yang bahagia, namun kebahagian itu kemudian terenggut karena ibu meninggal dunia karena sakit yang di deritanya. Usut punya usut, karena kesedihan yang terjadi, maka demi pendidikan anak tercinta, kemudian sang ayah menitipkannya pada sebuah pesantren tanpa bekal yang mungkin dibilang layak seperti teman lainnya. Bertahun lamanya dia di pesantren, ada luka pada lirikan, ada senyum kecut dan hati yang sesak dia rasa. Selama kurang lebih 5 tahunan berada di pesantren, ayahnya jarang memberikan uang saku bahkan biaya pesantren pun tak kunjung di bayarkan oleh sang ayah. Iya, kesedihan yang beruntun telah di alami oleh sang ayah. Kerja tak tetap membuat dia seperti seorang ayah yang tak bertanggung jawab, meski itu tak benar adanya. Ayah ingin sekali memberikan yang terbaik buat anak - anaknya tapi semua terbentur sama ekonomi yang selalu menghambat keinginannya itu.

Akhirnya, kini dia keluar dari pesantren. Keluar bukan sebagai santri lagi. Melainkan merubah diri menjadi anak jalanan yang kerap mengais uang receh dari gitar mini dan suara yang terpaksa keluar dari lisannya. Sungguh pilu rasa hati ini, namun tak ada lagi yang bisa diperbuat. Berkali nasehat sudah tersampai dengan jelas kepadanya, namun belum mempan. Akhirnya, senyum yang dia berikan seakan mmenggambarkan hidupnya yang pelik, sedih dan tersiksa. 

Kecewa tak menyurutkan kasih sayang dan perhatian padamu nak, semoga waktu akan menuntunmu pada masa depan yang cerah. Masa depan yang akan mengantarkan diri menuju singgasana cintaNYA, ridhoNYA dan mahkota tetaplah berikan pada ayah bundamu kelak di akherat, aamiin.

Salam semangat berbagi ... Ananda telah sampai pada hafalan qur'an juz 4, namun terhalang biaya yang terbatas, kini tak berlanjut. Sekolah formal MTs kelas 8. Silahkan yang berkehendak menjadi orang tua asuh hubungi 082234482919

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEINGINAN JELANG TIDUR

  Jangan tanya ya, kenapa? Karena mata sebenarnya tinggal 5 Watt tapi keinginan masih 100 persen.  Dan entah dari mana, saat ini butuh sekal...