LAUNDRY NOL
Oleh Umi Maisyaroh
Edisi, ahad 12
April 2020
Alhamdulillah giat hari ini,
mengawali kerja suami setelah resign dari orang kantoran menjadi orang
wiraswasta. Sebagai istri ikut mengawal plus mendampingi suami dalam merintis
bisnis laundry. Bisnis ini saya katakan Laundry nol karena bagi kami laundry
adalah sesuatu yang baru dan kami pun
bukan pengguna setia dari bisnis ini. Namun karena melihat pangsa pasar yang
sepertinya aduhai untuk melakukan pendaratan di sana maka kami , saya dan suami
memilih laundry menjadi bisnis kami selanjutnya.
Kami sadar sepenuhnya bahwa
mengawali suatu hal baru pasti ada sesuatu di luar dugaan. Entah sesuatu yang
menyenangkan atau yang bikin gak enak kondisi hati. Kami awali laundry kami
dengan tahap mengenalkan diri kami sendiri dalam penerimaan baju kotor,
penimbangan, pencucian, pengeringan, setrika dan akhir dengan packing. Semua
kami awali dengan free buat keluarga dulu untuk 3 hari ke depan. Semua
peralatan siap dan go action, namun di luar dugaan ternyata alat timbang
digital kami tak nyala sama sekali. Dan dengan kondisi seperti itu, segala
upaya telah kami lakukan. Mulai dari otak atik tombol on off, cek baterai
hingga beli juga, cek kabel charge, cek listrik, sampai pada searching tutorial
penggunaan timbangan digital khusus laundry. Namun semua tak membuahkan hasil.
Sama seperti kata saya pada judul di atas, NOL. Ya, bukan bermodal nekad, tapi
hal ini adalah sesuatu yang baru buat kami. Alhasil, giat kami lanjutkan tanpa
alat timbang. Semua berprinsip kira – kira ini beratnya sekian, cukup … hehe.
Waktu berjalan terus tak peduli
akan kondisi kami yang masih berjalan bertatih. Hingga pukul 13.30 WIB, wajah
kami (saya dan suami ) nampak lelah dan pastinya lapar banget. Hingga istirahat,
sholat dan makan adalah pilihan kami. Hmm
… waktu masih tak pedulikan kami, hingga pukul 15.30 WIB. Kulihat sebagian baju
sudah siap packing dan jurus perdana ambil bungkus plastic, solasi dan parfum.
Yup, siap di packing dan taraaa …. Eh ternyata, plastic laundry yang kami
siapkan malah kegedean, hmmm … dengan prinsip, ya gak papalah kan punya saudara
sendiri, gak rapi dikit gak papa deh … hehe. Sebagian sudah terpacking dengan
bungkus plastic yang kegedean tapi rapi kok (jika dilihat dengan sebelah mata,
hehe). Dan waktu memang tak pernah kompromi dengan kami, hingga waktu
menunjukkan pukul 16.00 WIB, waktu untuk pulang.
Benar saja, sampai di rumah si
kecil sedang menunggu kami berdua. Karena saking lamanya gak datang ayah
bundanya, si kecil gak mau tidur siang … Nah loh? Anak jadi korban nih. “ Ah,
tidak sayang … Ayah Bunda sedang ikhtiar untuk masa depan kita semua, terutama
untukmu sayang “lirihku dalam hati. Semoga besok dan seterusnya diparingi
lancar dan barokah adalah doa – doa kami setiap saat.
Mengawali sebuah bisnis yang
tergolong baru buat kita itu memang butuh perjuangan. Harus ada kesabaran dan
hati yang lapang dalam menghadapi segala sesuatu. Intinya, persiapan mental
harus juga di perhitungkan dalam mengawali sebuah bisnis. Namun jangan patah
semangat, karena tugas kita adalah ikhtiar. Hasil sepenuhnya kita serahkan pada
Alloh SWT serta diiringi doa “semoga semua ikhtiar membuahkan hasil seperti
keinginan kita, aamiin”.
Salam bisnis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar