Hari ke-21
Edisi Kamis, 24 Maret 2020
KETIKA LOCKDOWN SEBUAH KEHARUSAN
Oleh Umi Maisyaroh
Riuhnya kelas membuat aku tersenyum, melihat mereka para murid begitu bahagia. Tak ada beban yang mereka nampakkan meski aku tahu di dalam hati kecil mereka menyimpan banyak duka. Tak ada Ayah, tak ada Ibu, bahkan tak ada Ayah Ibu yang mendampingi hari - hari mereka. Tak ada manja dalam hidup mereka, tak ada lebay dalam diri mereka, merajuk Rp. 5000 pun tak bisa mereka ucapkan, bermanja bahkan menangis dalam pangkuan Ibu tak pernah mereka rasa. Namun rasa - rasa itu mereka pendam jauh di dalam lubuk hati mereka. Mereka menghibur diri mereka dengan saling teriak, tawa dan terkadang marah - marahan. Namun kehausan mereka akan semua perhatian Ayah Ibu tak bisa selamanya di simpan rapi dan di tahan selayaknya seorang pengembara. Kenakalan - kenakalan mereka dan semua tingkah yang membuat jengkel merupakan bukti kuat bahwa mereka haus akan perhatian. Bahkan manja - manja mereka saat berkumpul, curhatan - curhatan mereka sering kali membuat diri banyak belajar kepada mereka. Dan semua itu kini menjadi kenangan yang entah sampai kapan kenangan itu menjadi sebuah cerita bersambung.
Iya, hari ini menjadi hari yang untuk kesekian kami berpisah. Ketika Lockdown sebuah keharusan, semua riuh dan tingkah mereka tak lagi terlihat. Semua harus berubah. Mau tidak mau semua harus menutup diri. Semua ini demi keselamatan diri dan semua saudara - saudara kita dari wabah Cofid-19. Ada tangis yang tak mampu bersuara. Ada jerit yang harus ditahan. Karena semuanya berubah. Para dokter dan tim yang harus bertaruh nyawa demi keselamatan orang lain. Para pendidik yang harus berpisah dari anak didik tercinta namun dituntut mencetak generasi emas. Para Ayah yang terpaksa keluar demi menafkahi anak istri tanpa peduli corona datang menghampiri. Para pedagang yang mungkin jam kerja menjadi berlipat sekian kali karena dagangan tak laku - laku. Dunia menangis. Entah apa sebab semua ini karena begitu banyak ulah yang selama ini membuat kami lupa akan kebesaran-MU.
Kami lupa akan akan keberadaan-MU. Sombong, berbangga diri selalu ada pada diri ini seakan semuanya berasal dari kekuatan diri. Kami lupa akan nikmat-MU yang membuat kami terus dan terus memenuhi keinginan yang tak pernah habis. Kemaksiatan yang ada di depan mata tak lagi menjadi lahan amar ma'ruf nahi munkar kami, tak ada peduli, terkadang bahkan sering kami pun nimbrung di dalamnya.
Ya Alloh kami sadar semua ada dalam kuasaMU. Semua ini adalah milikMU. Dunia dan seisinya adalah mutlak milikMU. Semua adalah kehendakMU maka aku mohon sudahilah masa - masa corona ini. Aku rindu akan indahnya bersama anak - anak didikku, aku rindu akan kebersamaan dengan saudara - saudaraku, aku rindu menjadi penikmat syurga duniaMU.
Ya Alloh, tetapkanlah kami pada iman yang telah tertanam. Tetapkanlah kami pada jalan yang telah ENGKAU tunjuki. Tetaplah kasih dan sayangMU untuk kami semua ... Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar