Minggu, 01 Maret 2020

HANDPHONE ANAKKU TERSITA

Hari ini Ahad, seperti biasa anakku masuk sekolah. Dia sang buah hati, kini sudah masuk di usia 15 tahun dan berada di kelas 9 MTs. Ada sedih bercampur senang, hari ini di sekolah ada penggeledahan tas para siswa -siswi dan dari kegiatan sekolah tersebut, akhirnya HP anakku di ambil dari tasnya dan disita oleh sekolah. Kalau saya ditanya sebagai orang tua siswa, tentu saja jawaban spontan adalah kaget dan seakan tak rela. Bagaimana pun juga HP yang di bawa anakku harganya mahal bagiku. Beum lagi, HP itu aku belikan setelah sekian lama aku menabung sembari kerja merantau yang nota bene jauh banget dari anak - anakku. Dan kini, HP tak ada lagi, hubungan denga anakku semakin sulit. Namun di sisi lain, sebagai orang tua, ada rasa yang lega sekaligus ada rasa sedikit aman, artinya anakku bisa mengurangi pengaruh media sosial yang setiap hari masuk kepadanya tanpa ada pengawasan langsung dariku. Dilema, antara ikhlas dan berat ... 

Diatas merupakan salah satu kisah penerapan peraturan di sekolah. Tentu saja, masih banyak peraturan - peraturan sekolah yang lain. Yang tentunya, dari semua peraturan yang ada pasti terjadi pelanggaran. Jikalau kemudian ada pelanggaran dan sanksi yang menyertai, berat atau ringan, maka mau tidak mau orang tua harus segera komunikasi dengan guru. Kenapa harus komunikasi? Iya, karena sanksi atas pelanggaran diberikan ke anak - anak diharapkan mampu memberikan efek jera dan sadar bahwa apa yang telah dia perbuat adalah salah. Jika komunikasi terjalin maka orang tua bisa melanjutkan memberi pengertian kepada anak bahwa tindakan kesalahan itu sudah selayaknya di beri sanksi, hal ini supaya anak terbentuk menjadi generasi yang berkarakter taat peraturan, target minimal mungkin ya... Namun tak jarang, komunikasi antara orang tua dan sekolah menjadi sesuatu yang terabaikan. Komunikasi menjadi bulan - bulanan, nanti aja kalau ada waktu saya berkunjung ke sekolah, sungkan saya mau menghubungi wali kelas anak saya, atau dari pihak sekolah sendiri enggan atau tak ada program guna menjalin silaturrohmi dengan orang tua siswa. 

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting, apalagi terkait pendidikan anak. Secara sadar, kita tahu dan paham betul bahwa anak adalah generasi penerus dan harapan kita semua, kelak anak - anak bisa menjadi generasi emas yang mampu menjadi pribadi kebanggaan semua orang. Namun akan menjadi mimpi belaka semua harapan - harapan kita ketika komunikasi terabaikan. Ada pelanggaran atau tidak, ada kasus atau tidak, selayaknya komunikasi tetap terjalin. Pendidikan bukan tanggung jawab guru - guru saja, dan pendidikan tak akan terlaksana optimal dengan hasil sesuai harapan jika orang tua tak mau memberikan pendidikan yang terbaik. Sehingga mau tidak mau, komunikasi merupakan faktor terpenting akan berhasilnya pendidikan anak - anak kita. 

Salam silaturrohmi ... yuk, jalin komunikasi antara kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEINGINAN JELANG TIDUR

  Jangan tanya ya, kenapa? Karena mata sebenarnya tinggal 5 Watt tapi keinginan masih 100 persen.  Dan entah dari mana, saat ini butuh sekal...