Ntah berapa jam air mata ini tertahan, namun kini ia jatuh seakan mau melepas kesedihan yang bersinggah di hati. Entah ini luapan marah, kecewa atau mungkin catatan pelampiasan. Apapun itu, biarlah ku tulis di sini, mungkin sekedar mendampingi air mata yang keluar dari kelopak mata ku.
Pagi yang cerah, secerah hatiku. Yang kemudian semangat semakin membakar ghirohku. Namun pagiku disambut dengan amarahmu karena satu kesalahanku. Kesalahan yang bagiku tanpa ada kesengajaan, kesalahan yang murni karena khilaf diriku. Walau sebenarnya tak ariflah ketika engkau tamparkan kesalahan itu padaku pribadi.
Namun ku selalu mencoba tuk memahami dirimu, mungkin karena kelelahanmu hingga engkau bersikap seperti itu. Atau mungkin karena watak kerasmu yang membuat engkau lupa siapa diriku.
Tanpa bermaksud ku ungkit kebaikan yang telah engkau terima dariku, namun mungkin ini caraku supaya aku lepas dari kecewa akan sikapmu hari ini.
Aku tahu, engkau lelah hari itu
Aku tahu banyak kata adu yang tersimpan
Aku tahu upahmu yang tak sebanding dengan jasa besarmu
Aku tahu kemampuanmu yang membuat aku juga bangga
Aku tahu bagaimana lelahmu mengantarkan murid murid ku. Dengan medan yang ganas, dengan upah 300 ribu perbulan, dengan kesibukanmu engkau rela demi pengabdianmu pada sang pengantar masa depanmu.
Tapi ketahuilah nak, selama 3 tahun aku mendidikmu, aku tak pernah marah karena aku lelah.
Aku tak pernah marah ketika engkau berucap salah padaku
Aku tak pernah marah ketika engkau seperti acuh pada perintah ku
Aku tak pernah marah ketika gaji bulanan ku kecil
Aku tak pernah marah ketika gajiku terpaksa tertunda
Aku tak pernah marah sama dirimu nak, karena aku sadar bahwa tugasku adalah mengantarkan dirimu ke gerbang masa depan. Mengantarkan ibarat sebuah perjalanan yang panjang, di sana pasti ada sesuatu yang harus kembali memfokuskan tujuan utamaku.
Iya, aku sadar itu, dan kini ketika engkau dewasa, berada di masa depan. Engkau marah pada ku hanya karena kesalahan tanpa sengaja dalam kehidupan sehari saja.
Terima kasih nak, hari ini semakin kusadari bahwa guru adalah profesi mulia. Dia tak boleh marah, kecewa ... Yang ada hanya keyakinan, bahwa apapun yang telah diberikan kelak akan diganti dengan kebaikan dan kebahagiaan yang luar biasa.
Sukses selalu buat kamu sayang... maafkan diriku yang khilaf karena membuat dirimu kecewa. Aku ikhlas dengan lelahku engkau bahagia, karena itu aku bangga menjadi diriku.
Salam love buat anak anak ku... Belajar menghargai akan lebih baik buat dirimu