Salut sama Elia Daryati R psikolog dan Anna Farida, penulis dan penerjemah, yang telah menuliskan parenting with heart. Kalimat yang sangat mengena adalah " Mencintai anak tidak sama dengan menguasainya. Cinta anak berarti mendampingi anak tumbuh menjadi dirinya sendiri. Cinta yang sehat itu memerdekakan dan memampukan, bukan memenjarakan dan mengerdilkan ". Banyak diantara orang tua yang memaksakan kehendaknya kepada anaknya dengan dalih, " ini buat kebaikan kamu juga, nak ", padahal tidak semua anak memiliki keinginan dan kehendak yang sama dengan orang tuanya. Masing-masing anak memiliki karakter dan impian yang mungkin berbeda dengan orang tuanya. Tak jarang anak berusaha kabur dari kenyataan di keluarganya, anak-anak yang melampiaskan kekangan dirinya kepada teman-temannya. Anak merasa tidak nyaman di keluarganya karena orang tua selalu memaksa kehendak di depan anak anaknya. Anak merasa seperti boneka, semua serba di suruh, sementara kehendaknya sendiri malah tidak boleh sama orang tuanya.
Tidak ada orang tua yang ingin menjerumuskan anaknya ke jurang kesengsaraan. Semua orang tua sangat ingin anaknya bahagia bahkan melebihi kebahagiaan orang tuanya sendiri. Namun, orang tua terkadang lupa, bahwa anak adalah sosok hidup yang mungkin harapan dan impian berbeda dengan orang tua. Dengan semua keberbedaan itu tetap satu tujuan yakni kebahagiaan. Tak jarang orang tua yang menganggap hanya dirinyalah yang benar, dia lupa bahwa anak dengan segala kemampuan juga memiliki nilai benar.
Teringat akan sebuah kisah seorang remaja yang selalu taat dan patuh terhadap orang tuanya. Hampir semua kemauan orang tuanya selalu ia iyakan. Tahun berjalan, semua nampak biasa. Semuanya berjalan normal dan baik - baik saja. Orang tua senang dan anak pun tak ada kendala. Namun ketika beranjak dewasa, sebelum lulus kuliah, si anak merasa jenuh dan mulai memberontak. Si anak dengan sangat kalem mulai menata langkah untuk drop out dari kuliah, dia mulai bergabung dengan komunitas teman - temannya yang fokus pada pekerjaan. Akhirnya, dia enjoy dalam komunitas itu dan lupa akan kuliah yang sudah beberapa bulan lalu dia tinggalkan. Orang tua mulai kalang kabut dengan semua tingkah laku si anak. Si anak hanya bisa berkata : " Aku ingin kebebasan, Aku tak kuat lagi kuliah, Aku ingin kerja ".
Wahai Ayah Ibu, berikan kebebasan pada anak - anak. Tugas kita sebagai orang tua adalah memberikan bimbingan, penguatan serta arahan - arahan. Biarkan anak - anak berjalan, biarkan dia menentukan tujuan perjalanannya, biarkan dia mengetahui kehidupan di luar sana. Dengan arahan dan bimbingan orang tua yang bijaklah, anak - anak akan selamat dunia akherat, Insya Alloh.
Teringat akan sebuah kisah seorang remaja yang selalu taat dan patuh terhadap orang tuanya. Hampir semua kemauan orang tuanya selalu ia iyakan. Tahun berjalan, semua nampak biasa. Semuanya berjalan normal dan baik - baik saja. Orang tua senang dan anak pun tak ada kendala. Namun ketika beranjak dewasa, sebelum lulus kuliah, si anak merasa jenuh dan mulai memberontak. Si anak dengan sangat kalem mulai menata langkah untuk drop out dari kuliah, dia mulai bergabung dengan komunitas teman - temannya yang fokus pada pekerjaan. Akhirnya, dia enjoy dalam komunitas itu dan lupa akan kuliah yang sudah beberapa bulan lalu dia tinggalkan. Orang tua mulai kalang kabut dengan semua tingkah laku si anak. Si anak hanya bisa berkata : " Aku ingin kebebasan, Aku tak kuat lagi kuliah, Aku ingin kerja ".
Wahai Ayah Ibu, berikan kebebasan pada anak - anak. Tugas kita sebagai orang tua adalah memberikan bimbingan, penguatan serta arahan - arahan. Biarkan anak - anak berjalan, biarkan dia menentukan tujuan perjalanannya, biarkan dia mengetahui kehidupan di luar sana. Dengan arahan dan bimbingan orang tua yang bijaklah, anak - anak akan selamat dunia akherat, Insya Alloh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar