Bahagiamu dari mana? Hmm ... Pertanyaan yang aneh bukan. Kenapa aneh ... Yup, sesuatu yang tak perlu ditanyakan namun sangat penting untuk ditelusur, hehehe.
Ini berawal dari kisah tadi pagi, dimana ada tiga orang dengan jabatan yang sama dan dari instansi yang berbeda hendak menyetorkan semacam tugas yang berdeadline. Otomatis, tiga orang ini menghadap satu orang yang sama, sebut saja dia seorang atasan. Seorang atasan ini memang dikenal banyak orang sebagai orang yang berlidah pedas sehingga banyak orang yang jaga jarak dengannya. Namun berhubung ini adalah tugas, maka ketiga orang tadi pun tak gentar untuk menghadap atasan tersebut. Seperti dugaan sebelumnya, hari ini ketiga orang tadi keluar ruangan dengan lemas dan jengkel.
Ketiga orang yang sama sama jengkel pada satu orang. Menariknya lagi, tingkat kejengkelan yang bisa dilihat jelas dari raut wajah dan omelan yang menyertainya. Ada yang tingkat jengkelnya rendah sehingga reaksinya lebih banyak senyumnya dengan sedikit omelan. Yang tingkat sedang, antara senyum dan omelan hampir sama kuantitasnya. Sementara yang tingkat tinggi, tak ada senyum alias manyun aja disertai dengan pengomporan pada kedua temannya.
Wahai pembaca, jika dipahami cerita di atas, dengan masalah yang sama namun cara menghadapi yang berbeda. Kita pun jika berada sebagai salah satu diantara ketiga orang tersebut memiliki potensi ketiganya. Namun ketiga kondisi hati yang berupa jengkel tersebut masing-masing punya konsekuensi yang berbeda. Kita ambil yang jengkelnya rendah, maka dia bisa senyum bahkan bisa meminimalisir rasa jengkel. Pada kondisi seperti ini hati cenderung dingin, wajah pun masih terlihat bijak dan tenang bahkan dengan kondisi seperti itu dia bisa berpikir apa yang seharusnya saya lakukan sekarang? Berbeda dengan kondisi yang lainnya, lebih lebih yang jengkelnya tinggi sampai tak bisa senyum alias manyun, kondisi seperti ini akan menyulitkan dalam mengambil langkah berikutnya.
Kesimpulannya, sebenarnya kita bisa bahagia dengan kondisi lawan kita yang mengecewakan. Tentunya ini harus melibatkan hati yang tenang, selalu husnudzon serta bisa menerima segala perbedaan yang dimiliki oleh orang lain.
Salam senyum ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar