Minggu, 29 Maret 2020

BUKAN PILIHAN

Hari ke - 24
Edisi Ahad, 29 Maret 2020

BUKAN PILIHAN
Oleh Umi Maisyaroh

Kondisi semakin mencekam bagi kami yang selalu online dan tahu kabar buruk tanpa ada batasan. Informasi terkait Covid-19 yang sangat membuat kami gelimpungan dan ketar - ketir akan kehidupan kami selanjutnya. Berawal dari diberitakan bahwa daerah kami teridentifikasi satu orang pasien yang positif terkena virus corona. Semua semakin memperparah kondisi kami sekeluarga ketika kami menerima kabar bahwa pasien merupakan satu rombongan umroh dengan saudara kami yang beberapa minggu lalu kami ziaroh umroh ke rumahnya. Hal yang kami khawatirkan adalah bagaimana jika corona itu telah menulari saudara kami tersebut dan kemudian sampai pada keluarga kami. Plus nya lagi ketika saya mengalami sakit kepala dan meriang pada hari pas hitungan hari ke-14 setelah kami ziaroh. Pikiran buruk dan menduga - duga pun seperti mencuat dengan paksa, " Jangan - jangan sakitku ini adalah gejala awal dari terjangkitnya virus corona, jangan - jangan aku sudah ketularan virus yang mematikan itu ". 

Bukan sesuatu remeh dan memang butuh kepedulian ekstra terkait virus ini, inilah awal diri semakin drop. Kabar buruk yang tiada batasan plus kekhawatiran yang terlalu hingga lupa akan kekuasaan Alloh SWT sangatlah merugikan diri sendiri. Saya sadar, kondisi semakin drop ketika semua terasa tak terkendali. Dan akhirnya, salah satu media sosial yang selalu On di tangan memberitakan bahwa virus ini di duga merupakan rekayasa mereka orang - orang yahudi. Orang - orang yahudi yang selamanya tak mau berdamai dengan islam bahkan selalu iri dan tak rela dengan kejayaan islam. Sejak itu, diri ini merasa tergugah, kalau itu semua merupakan sebuah rekayasa, alangkah naifnya diri ini yang tampil dengan lemah, aku harus kuat dan sehat. Bangunlah dan tersenyum adalah langkah setelah sekian jam mendiamkan diri karena tak sehat. 

Terkadang saya atau pun Anda butuh waktu, butuh sebuah jedah untuk sadar. Khawatir dan panik tekadang berada pada formasi depan pikiran saya atau pun Anda. Namun tak jarang pula mereka, orang - orang yang selalu mengedepankan ketenangan dan kepasrahan luar biasa dalam hidupnya, tak tergoda dengan isu - isu yang merebak pesona di luaran sana. Kedua kondisi yang mungkin jauh berbeda dan masing - masing sadar akan resikonya. Tapi ada  posisi kita saat kita menerima kabar buruk, yang terpenting adalah di awal atau kedua tetaplah ingat bahwa semua terjadi atas ijin-NYA, maka bersujudlah dan minta perlindungan kepada-NYA serta pasrahkan semua kepada-NYA. Disertai dengan ikhtiar menjaga keseimbangan jasmani rohani, maka semuanya akan baik - baik saja. Karena apa yang terjadi sekarang BUKAN PILIHAN kita, melainkan takdir yang di luar kendali kita. 


Rabu, 25 Maret 2020

KETIKA LOCKDOWN SEBUAH KEHARUSAN

Hari ke-21
Edisi Kamis, 24 Maret 2020

KETIKA LOCKDOWN SEBUAH KEHARUSAN
Oleh Umi Maisyaroh

Riuhnya kelas membuat aku tersenyum, melihat mereka para murid begitu bahagia. Tak ada beban yang mereka nampakkan meski aku tahu di dalam hati kecil mereka menyimpan banyak duka. Tak ada Ayah, tak ada Ibu, bahkan tak ada Ayah Ibu yang mendampingi hari - hari mereka. Tak ada manja dalam hidup mereka, tak ada lebay dalam diri mereka, merajuk Rp. 5000 pun tak bisa mereka ucapkan, bermanja bahkan menangis dalam pangkuan Ibu tak pernah mereka rasa. Namun rasa - rasa itu mereka pendam jauh di dalam lubuk hati mereka. Mereka menghibur diri mereka dengan saling teriak, tawa dan terkadang marah - marahan. Namun kehausan mereka akan semua perhatian Ayah Ibu tak bisa selamanya di simpan rapi dan di tahan selayaknya seorang pengembara. Kenakalan - kenakalan mereka  dan semua tingkah yang membuat jengkel merupakan bukti kuat bahwa mereka haus akan perhatian. Bahkan manja - manja mereka saat berkumpul, curhatan - curhatan mereka sering kali membuat diri banyak belajar kepada mereka. Dan semua itu kini menjadi kenangan yang entah sampai kapan kenangan itu menjadi sebuah cerita bersambung. 

Iya, hari ini menjadi hari yang untuk kesekian kami berpisah. Ketika Lockdown sebuah keharusan, semua riuh dan tingkah mereka tak lagi terlihat. Semua harus berubah. Mau tidak mau semua harus menutup diri. Semua ini demi keselamatan diri dan semua saudara - saudara kita dari wabah Cofid-19. Ada tangis yang tak mampu bersuara. Ada jerit yang harus ditahan. Karena semuanya berubah. Para dokter dan tim yang harus bertaruh nyawa demi keselamatan orang lain. Para pendidik yang harus berpisah dari anak didik tercinta namun dituntut mencetak generasi emas. Para Ayah yang terpaksa keluar demi menafkahi anak istri tanpa peduli corona datang menghampiri. Para pedagang yang mungkin jam kerja menjadi berlipat sekian kali karena dagangan tak laku - laku. Dunia menangis. Entah apa sebab semua ini karena begitu banyak ulah yang selama ini membuat kami lupa akan kebesaran-MU.

Kami lupa akan akan keberadaan-MU. Sombong, berbangga diri selalu ada pada diri ini seakan semuanya berasal dari kekuatan diri. Kami lupa akan nikmat-MU yang membuat kami terus dan terus memenuhi keinginan yang tak pernah habis. Kemaksiatan yang ada di depan mata tak lagi menjadi lahan amar ma'ruf nahi munkar kami, tak ada peduli, terkadang bahkan sering kami pun nimbrung di dalamnya. 

Ya Alloh kami sadar semua ada dalam kuasaMU. Semua ini adalah milikMU. Dunia dan seisinya adalah mutlak milikMU. Semua adalah kehendakMU maka aku mohon sudahilah masa - masa corona ini. Aku rindu akan indahnya bersama anak - anak didikku, aku rindu akan kebersamaan dengan saudara - saudaraku, aku rindu menjadi penikmat syurga duniaMU. 

Ya Alloh, tetapkanlah kami pada iman yang telah tertanam. Tetapkanlah kami pada jalan yang telah ENGKAU tunjuki. Tetaplah kasih dan sayangMU untuk kami semua ... Aamiin.

TERLAMBAT 5 MENIT

Hari ke - 20
Edisi RABU, 25 Maret 2020

TERLAMBAT 5 MENIT
Oleh Umi Maisyaroh


Masih lanjut Dialog Yang Luar Biasa pada tulisan sebelumnya, kini ada parenting education yang beliau ambil. Dengan kalimat "Terlambat 5 menit " beliau kasih contoh bahwa dalam keseharian, beliau sangat sayang kepada putra - putrinya. Sayang yang berwujud dalam banyak hal. Kali ini, diceritakan bahwa dia akan menuruti permintaan anak - anaknya namun selalu dia lambatkan meski hanya sedikit waktu. Sebagai contoh. ketika anak - anak balitanya minta minum susu, maka beliau bilang "sebentar ya nak tunggu 5 menit, biar di buatkan dulu ", atau ketika anak - anak minta dibelikan baju maka beliau bilang "Sebentar ya nak, Papa Mama masih ngumpulin uang ". Bukan aku tak punya uang kemudian aku bilang begitu kepada anak - anakku, tapi sayang mereka dan aku didik mereka supaya lebih menghargai proses dan tidak meminta semua harus instan, tambah beliau dalam ceritanya. Sebuah cerita yang penuh makna bagi saya. Makna yang tersimpan dan sangat berharga.

Iya, makna tersimpan yang memiliki arti bahwa anak - anak perlu di ajarkan akan sebuah proses, sebuah kegiatan atau mungkin perjuangan untuk mewujudkan suatu keinginan atau impian. Dalam dialog kami, Beliau juga menyampaikan "Anak - anak butuh latihan akan adanya sebuah proses, supaya nanti dia mampu menghargai proses dan selalu hidup dengan sebuah proses bukan instan". Dialog yang luar biasa, dari seorang ayah yang sibuk bekerja, mencari nafkah buat keluarga tapi masih ada waktu bahkan pemikiran dalam parenting education atau pendidikan pola asuh. Anda setuju atau tidak, sadar atau tidak, sebenarnya kita menjadi sosok seperti saat ini pun adalah berkat sebuah proses yang panjang. Proses yang tidak terlepas dari pola asuh dari orang tua kita. Dan kemudian dengan segala kecakapan mulai tumbuh dan berkembang seiring dengan ilmu yang di dapat. Dan latihan atau pembelajaran buat  anak - anak memang sangat penting. Karena itu ibarat sebuah pondasi yang di bangun berhari - hari dengan harapan bangunan kelak tidak mudah terbawa oleh angin kencang yang ada di sekitar bangunan tersebut. Sama halnya dengan pendidikan anak - anak, ibarat pondasi maka kelak anak - anak yang memiliki pondasi yang kuat tidak mudah terombang - ambing dengan lingkungan yang mungkin tak ramah dengan anak - anak kita. 

Kalau bicara pendidikan anak - anak merupakan pondasi yang menentukan kekuatan diri anak dalam mengarungi kehidupannya kelak maka di sini mutlak peran orang tua, Ayah Bunda sangat di butuhkan. Jadi mari kita berusaha bersama memberikan pendidikan yang terbaik buat anak - anak kita, supaya mereka menjadi generasi emas, Aamiin.

Salam hormat, terimakasih atas ilmu yang luar biasa Bang Nyoman. Belajar dengan siapa pun, di mana pun dan kapan pun. Semoga semakin sukses dan sehat selalu.

Senin, 23 Maret 2020

PEJUANG UJIAN NASIONAL (UN)

Hari ke - 18
Edisi Selasa, 24 Maret 2020

PEJUANG UJIAN NASIONAL (UN)

" Pejuang Ujian Nasional (UN) " satu kalimat yang sering saya baca pada profil anak - anak kelas IX dan XII dalam berbagai media sosial mereka bahkan pernah juga menemui slogan seperti pada profil anak - anak kelas VI. Sungguh disayangkan karena anak yang berpendidikan membatasi diri mereka hanya sebatas sesuatu yang mungkin bukan penentu masa depan mereka. Dalam tahun - tahun pendidikan yang dulu, Nilai Ujian Nasional memang sangat berperan penting dalam penentu kelulusan anak - anak di kelas akhir. Namun seiring dengan berbagai perubahan kurikulum maka nilai Ujian Nasional bukan lagi sebagai penentu kelulusan. Penentu kelulusan diserahkan kepada pihak sekolah. Kebijakan ini dibuat karena benar - benar mengakui keberadaan para guru yang mendidik dan mengajarkan materi pelajaran selama kurang lebih tiga atau 6 tahun. Para guru di sekolah mengajarkan materi - materi yang di ampu mulai dari kelas bawah hingga kelas akhir, banyak perjuangan di dalam prosesnya, pahit, getir dan bahagia pun telah dirasakan, dengan adanya kebijakan sekolah untuk berperan dalam meluluskan siswa - siswinya pasti akan  lebih banyak menoleh pada proses panjang. Dalam arti simpelnya, tidaklah adil jika siswa ditentukan kelulusan hanya pada Ujian Nasional yang hanya dilaksanakan 3 - 4 hari. Selain  itu, bagaimana Kurikulum terbaru memberikan kebijakan bahwa sekolah bisa juga memberikan kriteria kelulusan dari sikap atau prilaku para siswanya, tentu hal ini merupakan kebijakan yang luar biasa. Dengan peduli akan sikap dan perilaku berarti pendidikan formal juga peduli akan moral anak bangsa. Karena beradabnya bangsa ditentukan oleh moral anak bangsa. 

Bagi saya selaku penulis, slogan "Pejuang UN" tidaklah salah 100 % namun seperti ada suatu makna tersirat dalam slogan itu, makna yang diartikan seluruh ikhtiar pada masa - masa kelas akhir hanyalah terbatas pada kesuksesan UN saja. Sebentar kita tengok agenda kurikulum dalam rangka menyukseskan anak - anak didiknya dalam kegiatan akhir, ada diantaranya menerapkan program : tambahan pelajaran, doa bersama dan mungkin ada peningkatan - peningkatan ibadah yaumiyah yang semuanya mampu memberi persiapan yang lebih matang dalam menghadapi ujian. Kalau hanya sebatas pada kesuksesan UN saja maka sangat merugi dan mempersempit kekuasaan Sang Pemberi Nikmat, Alloh SWT. Bukankah doa bersama dan peningkatan ibadah yaumiyah serta kedisplinan anak - anak dalam mengikuti tambahan pelajaran akan sangat berpengaruh pada pencapaian cita - cita mereka? semua proses yang ada di dalamnya bisa menjadi pengiring bahkan mengantarkan anak - anak dalam menggapai seluruh cita mereka? 

Jadi di sini saya mengajak anak - anakku semua untuk tidak membatasi semua kerja keras dalam ikhtiar hanya untuk nilai UN yang gemilang. Namun, seharusnya ikhtiar tersebut mampu mengantarkan kita untuk menggapai cita - cita yang telah  tergantung setinggi langit. Serta para guru dan orang tua, sungguh impian Anda bisa jadi lebih besar dari pada anak - anak maka mari bersama kita arahkan mereka untuk lebih memiliki tujuan yang lebih tinggi lagi, tumbuhkan keyakinan kepada mereka bahwa Alloh SWT sangat dekat dan akan mengabulkan semua keinginan mereka yang di ikhtiarkan dengan maksimal.

Salam ikhtiar menuju masa depan gemilang

DIALOG YANG LUAR BIASA

Hari ke - 18
Edisi Senin, 23 Maret 2020

Dialog yang luar biasa
Oleh Umi Maisyaroh

Pagi ini gencarkan agenda yang sudah tersusun rapi. Dan berikutnya cuss menuju bengkel las yang pemiliknya beda agama dengan saya. Dia bukan muslim tapi kami bertetangga sudah lama dan kami berbincang sama halnya dengan yang lainnya. Karena memang Islam itu indah dan kita ada batasan dalam aqidah namun dalam hubungan sesama manusia tetap harus menghormati yang non muslim. Tapi bukan itu fokus dari tulisan yang saya buat kali ini. Dalam dialog kami berdua ada saran - saran yang luar biasa yang terucap dari lesannya dengan tetap menjaga etika sesama manusia. Makanya saya tulis di atas sana " Dialog yang luar biasa ". Anda penasaran ? Hehehe ... Sabar ya ! Saya mencoba merangkum atau menarik benang merah dari dialog kami terkait membangun sebuah bisnis atau ikhtiar, diantaranya :
1. Luruskan niat
Bisnis yang diusahakan, niatkan dengan ikhlas untuk kemanfaatan banyak orang, bukan untuk bergaya, menumpuk kekayaan.
2. Yakinlah, Tuhan mu Maha tahu akan semua kebutuhanmu. Yap, Tuhanku Alloh SWT, DIA Maha Tahu yang nampak maupun yang tersembunyi. Jalankan saja, InsyaAlloh Alloh SWT akan kasih.
3. Gak usah neko - neko
Ups, gak usah berbuat curang, tunaikan hak karyawan, gak usah ngapusi orang, gak usah ngomongin kejelekan orang. Karena semua itu akan mengurangi keberkahan dari ikhtiar kita
4. Jangan minta banyak tapi mintalah berkah.
Ah, gubraaaak ni orang. Pinginnya kan banyak, hehehe. Tapi bener sih, banyak tapi gak berkah, nihil kan. Tapi kalau berkah berarti banyak karena manfaatnya tak akan putus - putus.
5. Keluarkan harta untuk yang berhak.
Shodaqoh, infaq ternyata dalam kehidupan beliau yang beda keyakinan dengan saya ternyata tetap menomorsatukan shodaqoh ini, mungkin dengan istilah yang berbeda. Yang jelas , hal itulah yang akan memperlancar setiap bisnis kita.
6. Hiduplah dengan sederhana.
"Jika kita kaya, berlimpah harta, punya mobil mewah dan lain sebagainya gak usahlah dipamerkan, lha wong itu cuman titipan "lanjut dia dalam dialog kami. Iya memang, dia tetap sederhana, meski punya bisnis yang seabrek, resto di Lombok, kebun mahoni yang telah dia beli dengan harga 1 M, rumah ada dimana-mana, yang semua itu tak membuat dia berpenampilan mewah, parlente. Hmmm, salut buat dia yang khas dengan motor beat putihnya, kaos oblong dan celana pendek plus kaca mata yang sepertinya selalu setia kemana pun dia pergi.
7. Banyak bersyukur
Gak usah mengeluh, bisnis jatuh bangun sudah biasa. Yang harus di ingat adalah seberapa besar nikmat yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Dulu kita lahir tak punya apa-apa, sekarang coba tengok, apa - apa sudah punya. Kalau kita selalu bersyukur maka Tuhan akan selalu memberikan tambahan buat kita. Nah lho ... !
8. Jangan menolak amanah yang dititipkan ke kamu.
Eits, omong- omong... Ni orang punya anak angkat 8 anak dan semuanya sekarang udah besar, yang paling muda sekarang berusia 4 tahun. Sempat tanya saya : " Abang minta ke siapa anak-anak itu, apakah semua gak punya orang tua?"  Eh ringan jawabannya, " Aku gak minta, orang lain memberikan kepadaku sejak anak-anak masih bayi dan aku terima tanpa tanya orang tua lengkap atau tidak." Yang namanya dikasih, ya diterima, lha wong aku punya rumah, kerjaan juga ada, buat beli nasi pun ada, alasan apa yang membuat aku menolak pemberian orang, lanjut dia. Dan terbukti aku bisa membesarkan mereka bahkan masalah biaya hidup mereka mengalir begitu saja tanpa aku merasa kekurangan, " imbuh dia.
9. Hargai karyawan Anda
Tegurlah karyawan sewajarnya, dan jangan pelit bilang terima kasih atas usaha terbaik karyawan Anda. Dan jangan lupa, berdoalah buat mereka juga, berlakulah memanusiakan manusia. Ada Rizqi berbagilah dengan karyawan Anda, karena karyawan Anda lah, semua bisa terwujud.

Bagi saya, semua pembicaraan nya sangat luar biasa. Keyakinan yang bulat dan niat ikhlas serta motto hidupnya " selalu bermanfaat buat orang lain " sangat patut dicontoh dan diterapkan.

Salam sukses, Corona tetap ku tolak ... Tapi ku jalan karena memang tak bisa secara online.

Sabtu, 21 Maret 2020

LABEL BURUK BUAT ANAK

Hari ke 17
 Ahad, 22 Maret 2020

LABEL BURUK BUAT ANAK
Oleh Umi Maisyaroh

Bicara masalah label pada anak adalah bukan sesuatu yang asing bagi kita sebagai orang tua. Karena sengaja atau tidak, sebagai orang tua sering membuat label pada masing - masing anaknya. Semisal, Bunda Imah memiliki 2 anak laki - laki yang selisih usia di antara mereka hanya satu atau dua tahun. Dua anak laki - laki yang berasal dari rahim yang sama akan memiliki karakter yang berbeda, setuju kan ? Perbedaan itu salah satu kemungkinan berasal dari pola didik yang berbeda. Mengasuh dan mendidik anak pertama dan kedua tentu berbeda karena memang berada pada kondisi yang berbeda. Bisa Anda bayangkan, mengasuh dua anak yang selisih usianya hanya 1tahun pastinya akan sedikit kewalahan yang dirasakan Bunda. Apalagi jika di rumah tak ada pembantu yang mengurusi rumah - rumah kita. Dengan kondisi seperti ini, Bunda akan sering merasa capek sehingga butuh istirahat yang cukup. Namun jika semua itu tidak didapatkan oleh Bunda, Ayo coba tebak, apa yang terjadi ? Iyap benar, yang terjadi adalah Bunda akan mudah sekali marah. Kondisi seperti inilah yang membuat diri tak terkontrol lagi, Bunda akan melihat anak pertama sebagai anak nakal ketika adiknya menangis. Maka spontan saja, Bunda berkata : " Dasar kamu, anak nakal !" Atau mungkin ketika kakak beradik berebut mainan dan mainan berhasil di pegang oleh si kakak, menangislah si adik dengan tangisan yang histeris maka akan muncul bentakan : " Ada apa sih kak, Kamu itu sudah besar harusnya mengalah... Jadi kakak kok gak becus !"  Hayo ... siapa yang kayak begitu ? Mudah - mudahan gak ada ya  Bunda. Yang jelas pada kondisi marah seperti itu, Bunda menjadi lupa akan usia anak - anaknya. Apalagi jika kedua anaknya usia 3 tahun dan 1 tahun, pastinya semua masih kecilkan, kakak masih kecil, adik masih kecil. Kemarahan pada Bunda sudah tak bisa memandang sesuatu secara obyektif.

Pemberian label pada saat marah, " Dasar kamu anak nakal !", misalnya. Mungkin merupakan hal yang kita anggap sepele. Setelah itu pasti kondisi anak - anak akan aman lagi. Perlu diketahui Ayah Bunda, label yang diberikan pada anak - anak kita dalam kondisi sadar atau tidak, semuanya sudah terekam dalam otak anak - anak kita. Label yang sudah mereka terima akan terekam kuat dan parahnya anak akan benar - benar menjadi apa yang ada pada labelnya. Kalau kita kasih label anak kita dengan sebutan anak nakal maka dia akan menjadi anak nakal. Hal itu terjadi karena secara tidak sadar, anak akan menganggap dirinya memang nakal dan perilaku - perilaku negatif pun akan sering dia ulang - ulang karena dirinya menganggap itu pantas dilakukan oleh anak yang nakal.

Nah Ayah Bunda mari bersama kita kontrol emosi kita. Jangan sampai karena kelelahan kita kemudian dengan seenaknya kita memberi label buruk pada anak kita. Karena semua label buruk menjadi salah satu penyebab masa depan suram bagi anak - anak kita.

Salam


Jumat, 20 Maret 2020

HARTA KARUN

Hari ke - 16
Edisi Sabtu, 21 Maret 2020

HARTA KARUN
Oleh Umi Maisyaroh

Harta karun, apa yang Anda bayangkan dengan kata tersebut ? Pastinya kekayaan, bukan ? Yap, saya setuju dengan Anda. Kalau kita bicara harta karun, di benak kita pastilah akan berputar - putar tentang kekayaan yang melimpah, yang seakan tak akan habis dalam sepuluh turunan bahkan lebih, hehehe ... Namun, kekayaan yang saya maksud di sini bukanlah berupa harta benda yang bisa buat kita shopping di supermarket terbesar di negeri ini, melainkan kekayaan yang ada pada anak - anak kita. Dan pastinya kekayaan yang tak akan habis hingga turun temurun anak cucu kita. Lalu kekayaan apa yang dimaksud ? Oke, masih bersama Munif Chatib dalam bukunya Orang Tuanya Manusia mengatakan bahwa setiap anak memiliki harta karun yang berupa kecerdasan majemuk atau multiple intelligences. Howard Gardner, seorang psikolog dari Harvard University menyatakan bahwa setiap anak punya kecenderungan kecerdasan dari sembilan kecerdasan, yaitu :

1. Cerdas bahasa (linguistik)
Merupakan kemampuan meyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan ini      secara kompeten melalui kata - kata untuk mengungkapkan pikiran - pikiran dalam bicara, membaca  dan menulis.

2. Kecerdasan matematis-logis
Kemampuan menangani bilangan, perhitungan, pola, serta pemikiran logis dan ilmiah.

3. Kecerdasan visual-spasial
Kecerdasan yang bisa merekam semua yang diamati dan mampu melukiskannya kembali.

4. Kecerdasan musikal
Kemampuan dalam menyimpan nada dan irama musik dalam memori

5. Kecerdasan kinestis
Kemampuan menggunakan anggota tubuh untuk segala kebutuhan dan kepentingan hidup

6. Kecerdasan interpersonal
Kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan orang - orang di sekitarnya.

7. Kecerdasan intrapersonal
Kemampuan mengenali dan memahami diri sendiri serta berani bertanggung jawab atas perbuatan sendiri.

8. Kecerdasan Naturalis
Kemampuan mengenali lingkungan dan memperlakukannya secara proporsional

9. Kecerdasan eksistensial
Kemampuan merasakan dan menghayati berbagai pengalaman ruhani atas pelajaran atau pemahaman sesuai keyakinan kepada Tuhan.

Sembilan kecerdasan pada anak akan bisa menjadi harta karun yang kita temukan dan bisa membuat diri benar - benar kaya apabila orang tua sebagai guru pertama bagi anak mampu memberikan stimulus - stimulus yang kemudian kecerdasan itu tumbuh dan orang tua bersama guru dan lingkungan mampu memupuknya sehingga akan tumbuh dan berkembang secara maksimal. Mungkin Saya dan Anda tidak menemukan sembilan kecerdasan lengkap berada pada diri anak - anak kita. Tapi kita mampu menemukan satu atau dua kecerdasan pada anak - anak kita maka kita sudah menemukan harta karun yang melebihi kekayaan harta benda yang mungkin menggoda diri untuk selalu shopping. Sering kita mendengar di luaran sana bahwa tidak ada anak yang bodoh. Hal itu benar adanya, karena memang tidak ada anak yang terlahir bodoh, yang ada anak yang tidak tumbuh dan berkembang kecerdasannya dikarenakan stimulus dan pupuk - pupuk bernutrisi tidak dia dapatkan. 

Di sinilah peran orang tua sebagai guru pertama bagi anak dan juga sebagai model yang setiap hari bahkan setiap saat berada di samping anak - anak harus menunjukkan peran yang sangat berarti. Maka dari itu, mari kita lebih dekat dengan anak - anak, lebih mengenal luar dalam mereka, perhatian tidak sekedar materi saja tapi harus lebih dari itu. Karena anak adalah amanah. Jika kita salah didik maka bisa jadi anak akan menyalahkan kita kelak dan juga pertanggung jawaban kita kepada Sang Pemberi Amanah. Mari bersama, tulisan ini menjadi sarana introspeksi diri terutama buat penulis sendiri. Karena dengan menyadari kesalahan maka berharap ada perbaikan, InsyaAlloh.

Senin, 16 Maret 2020

ANAKKU SEORANG RAJA

Hari ke - 10
Edisi Ahad, 15 Maret 2020

ANAKKU SEORANG RAJA
Oleh Umi Maisyaroh

Melanjutkan tulisan yang lalu, menurut Munif Chatib seorang anak memiliki tiga status dalam kehidupan, diantaranya Raja, Pembantu dan Wazir. Kali ini, penulis ingin membahas terkait anak berstatus raja. Ya ... Anakku seorang raja, mungkin anak Anda juga. Perlu kita ingat bahwa status raja pada anak berlangsung pada usia 7 tahun pertama atau usia 0 - 7 tahun. Pada usia ini anak - anak masih hidup dalam pengenalan atau serba ingin tahu. Maka kalau kita amati seorang anak berusia sekitar tiga tahunan maka lucunya dapat, ceriwis yang dikuti dengan tingkah yang super aktif akan dapat pula. Sampai gak terasa orang tua yang menghadapi anak usia ini dituntut aktif pula bahkan ikut cerewet juga para mamak - mamak karena saking aktifnya anak - anak di usia ini. Pada usia tiga tahun, anak akan lebih banyak bertanya, "Bunda, mau kemana ? "ketika dia melihat Bundanya berdandan tak seperti biasanya, "Yah, lagi apa?" ketika melihat ayahnya sedang perbaiki motor atau mobil, bahkan ada banyak diantara anak - anak usia tersebut maunya mengikuti seperti apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Ketika Bunda memasak di dapur dengan memegang segala senjata dapur maka si kecil pun tak mau kalah, dia akan minta senjata dapur yang sama persis dengan Bundanya, atau ketika Ayah sedang perbaiki mobil dengan berbagai obeng di tangannya maka si kecil pun akan meminta obeng yang sama. Dan anehnya atau juga lumrah di mata kita, kita sebagai orang tua pasti akan menuruti kemauan mereka apapun itu. Karena anak - anak pada usia ini pun jarang yang mau dicegah. Yang ada malah tangisan histeris ketika kita larang/ cegah ini dan itu ... hehe, iyakan Bunda? Moga tidak ya. 

Selain itu, anak - anak pada usia ini hampir semua waktunya hanya untuk bermain. Dalam pikiran mereka yang ada adalah bermain dan bermain. Semua yang mereka lakukan adalah bermain. Mungkin saya atau Anda masih ingat, bagaimana asyiknya anak - anak kita ketika mencorat - coret dinding ruang tamu kita ... Asyik sekali ! Ketika diingatkan, apa jawaban mereka ? Hayo ... kita ingat bersama ! Pasti dulu mereka menjawab, "Bagus Bunda, warnanya bagus - bagus ... kayak pelangi ya Bun?" Nah kan ... apa yang kita pikir itu adalah merusak, membuat kotor dinding ... eh, buat mereka sungguh menyenangkan. Nah, dari sini kita paham kan ... bahwa dunia mereka adalah bermain.

Lalu bagaimana kita menyikapi bermainnya anak - anak yang berbahaya ? Nah, anak menjadi raja bukan berarti kita membiarkan anak - anak semaunya sendiri hingga dia berada dalam kondisi berbahaya. Dalam usia tujuh tahun pertama, apalagi di usia balita, anak - anak harus ada pendampingan dalam semua aktivitasnya karena anak pada usia ini hanya pada kesenangan atau bermain saja, dia masih belum tahu mana yang aman dan mana yang bahaya. Dalam hal ini tentu saja peran orang tua diperlukan dalam pendampingan. Misal saja anak - anak bermain lempar - lemparan batu, tentu hal sangat berbahaya. Untuk pendampingan maka perlu adanya larangan atau cegahan, tentunya dengan bahasa yang mudah dipahami anak - anak dan tidak terkesan memarahi mereka. Misal dengan pengalihan model bermain, ketika anak - anak bermain lempar - lemparan batu bisa dialihkan dengan menyusun batu hingga membentuk gunung, dan lain sebagainya.

Usia tujuh tahun pertama, anak adalah raja. Namun bukan berarti dia menjadi seorang raja dengan segala kekuasaan pada sebuah kerajaan pada umumnya. Anak - anak pada usia ini adalah seorang raja pada kerajaan bermain mereka. Meski seorang raja mereka perlu pendampingan dari orang tua atau orang terdekat mereka supaya terhindar dari jenis bermain yang berbahaya.

Salam ... semoga bermanfaat

Sabtu, 14 Maret 2020

BAN MOTORKU BOCOR

Hari ke - 9
Edisi Sabtu, 14 Maret 2020

BAN MOTORKU BOCOR
Oleh Umi Maisyaroh

"Hadeeeh ... Ni waktu dah mau Maghrib, belum sholat ashar, ban motor bocor pula, bener - bener sial deh!" Gerutu ku ketika lihat ban motor kempes. Gegara kerja pingin cepat rampung hingga lupa waktu dan kewajiban tergeser hingga waktu hampir habis. Meski begitu, apapun gerutu dalam hati, langkah tetap menuju ke bengkel dengan harapan ban segera pulih dan motor bisa dibawa kenceng lagi dan yang terpenting ... Hehe, ada kesempatan sholat ashar, ups.

Alhamdulillah, akhirnya ada bengkel yang buka dan menerima motorku untuk segera melakukan penambalan yang ternyata ada sebuah paku agak kecil yang telah menancap di ban motor. Hingga ditempat, akhirnya ban motor langsung dieksekusi dan penuh selidik apa yang akan dilakukan oleh montir itu, "kok paku besar hendak ditancapkan lagi ke ban motorku?" gumamku dalam hati. Setelah tak lama, kemudian dia memasukkan semacam karet dengan dibantu alat seperti jarum tangan. Karet dimasukkan dan kemudian lebihnya dipotong. Dan, taraaaa ... Selesai sudah motorku dan siap tancap gas, Alhamdulillah ... 

Sambil fokus pada tancap gas, ada renungan yang terbesit. " Ah, tak selamanya sebuah motor bisa berjalan mulus. Motor pun ada waktu - waktu dimana dia harus dilukai untuk menjalankan tugas selanjutnya. Apalagi manusia, ada waktu- waktu kesedihan, kegalauan atau pun kepahitan yang tanpa kita sadari semua itu menjadi jembatan kita menuju tugas berikutnya, dan bisa jadi kesedihan - kesedihan yang telah menimpa merupakan gerbang kebahagiaan yang sudah berada di depan mata, Aamiin. "Dalam kesulitan ada kemudahan" QS. Al Insyiroh.

So, mari kita sikapi dengan bijak segala sesuatu yang menimpa. Tetap berhusnudzon pada Alloh SWT adalah langkah yang tepat dalam menyikapi sesuatu di luar harapan kita. 

Salam

Jumat, 13 Maret 2020

TIGA STATUS ANAK

Hari ke - 8
Edisi Jumát, 13 Maret 2020
Oleh Umi Maisyaroh

Munif Chatib dalam buku Orang Tuanya Manusia menyebutkan bahwa : " Anak mempunyai tiga status penting dalam kehidupan, yakni sebagai raja, Pembantu dan Wazir ". Masih dalam buku yang sama disebutkan bahwa Rosululloh SAW pun menjelaskan tentang fase ruang lingkup anak, "Biarkanlah anak - anak kalian bermain dalam tujuh tahun pertama, kemudian didik dan bimbinglah mereka dalam tujuh tahun kedua, sedangkan tujuh tahun berikutnya jadikan mereka bersama kalian dalam musyawaroh dan menjalankan tugas ".

Sangat menarik tulisan tersebut. Tulisan yang mengajak kita sebagai orang tua untuk bisa berperan tepat dalam menghadapi tiga status anak tersebut. Anak adalah harta terbesar kita, karena dengannya kita bisa raih syurga Alloh SWT namun bisa juga sebaliknya, karena anak bisa jadi kita sebagai orang tua terseret ke neraka, Naudzubillah ... Wahai Ayah Ibu mari bersama kita kenali tiga status anak - anak kita, kosongkan gelas dan siap diisi oleh air yang jernih dan menyehatkan, Insya Alloh.

Tiga status Anak, diantaranya :
1. RAJA
Raja, kata yang memiliki arti paling, paling disegani, paling ditakuti, paling hebat dan paling -  paling yang lain. Namun palingnya tetap dalam koridor makhluk ciptaan Alloh SWT. Dengan kata lain, anak dalam status raja minta sepenuhnya dilayani, segala sesuatu harus sesuai dengan kemauannya. Status raja ini ketika anak berusia 0 - 7 tahun (7 tahun pertama). Dalam usia ini anak akan selalu berpikir bermain dan bermain. Setiap apa yang dia lakukan merupakan suatu permainan atau bermain, sehingga dia merupakan raja dalam kerajaan bermain.

2. PEMBANTU
Pembantu merupakan status anak pada usia 7 tahun kedua atau 8 - 14 tahun. Dalam usia ini anak dikatakan sebagai pembantu bukan berarti seperti halnya pembantu orang super kaya atau big bos. Pembantu yang dimaksud adalah anak dalam masa ini senantiasa berada dalam bimbingan dan arahan. Ketaatan pada segala bentuk peraturan sehingga anak harus benar - benar  dalam arahan orang tuanya. Anak butuh bimbingan karena pada masa ini anak mulai belajar mengenal dan memahami peraturan secara detail.

3. WAZIR
Wazir atau seorang menteri pada anak berada pada usia tujuh tahun ketiga dan seterusnya. Dalam usia ini, anak bisa diajak kerjasama dalam menyelesaikan sesuatu pekerjaan. Bahkan bisa diberi sebuah tanggung jawab besar pada seorang anak. Sehingga bisa dikatakan keberhasilan anak - anak dalam menjalankan sebuah amanah pada usia tujuh ke - 3 merupakan hasil kesuksesan orang tua dalam mendidik anak pada usia tujuh tahun pertama.

Maka benarlah kita sering menemukan kata golden age berada pada tujuh tahun pertama. Usia golden age merupakan usia emas. Usia yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Usia yang tak perlu batasan - batasan dalam semua aktivitasnya. Usia dimana anak mulai mencari tahu segala sesuatu yang baru. Usia dimana pendidikan anak merupakan pondasi. Ibarat sebuah bangunan maka pondasi pendidikan anak di masa golden age akan menentukan kekokohan pendidikan anak pada tujuh tahun ke - 3 dan seterusnya.

Salam

Rabu, 11 Maret 2020

WAH PINTERNYA ...

Hari ke - 7
Edisi Kamis, 12 Maret 2020

WAH PINTERNYA ...
Oleh Umi Maisyaroh

Malam jelang tidur, seperti biasa si kecil minta ditemani dalam berdoa dan baca surat - surat pendek. Seiring itu pula maka HP Ayah Bunda harus dimatikan atau minimal di mode terbang, karena terkadang HP terpaksa masuk kamar tidur. Hal itu merupakan peraturan keluarga kami meski tak tertulis. Namun, malam ini ada agenda Bunda belajar online via watshapp sehingga HP harus ON hingga jelang tidur bahkan hingga si kecil tertidur lelap. Dialog lucu namun dubraaaak banget buat bunda, ketika si kecil berucap : " Bunda, kok masih pegang HP ? " dengan suara serak dia berucap, sepertinya dia belum tidur lelap. " Oh iya nak, ini Bunda masih belajar online sayang ... " Bunda pun menjawab seraya mecium pipinya. "Wah, pinternya ... Bunda, waktu tidur tidak boleh pegang HP lho ... "Jawab dia sambil merem. "Waduh, kayaknya ni anak mulai meniru gelagat Bunda ketika ngece" Ucap Bunda dalam hati. Ah, itulah anak kecil ibarat rekaman, asli tak ada editan sama sekali ... Hehe.

Anak kecil masih sangat minim pengetahuan dibanding para orang tua namun jika di telaah ternyata anak kecil lebih mudah melaksanakan sebuah peraturan tanpa banyak alasan. Karena itulah, terkadang ucapan dari lesan mereka yang masih imut ada benarnya juga dan bisa menjadi penasehat atas kesalahan - kesalahan kita para orang dewasa. 

Namun lain dari itu, yang ingin disampaikan oleh penulis kali ini adalah bagaimana orang tua menjadi model untuk para putra putrinya. Anak usia balita hingga 7 tahun pertama akan sangat tajam rekamannya dan sangat melekat. Hingga kemudian rekaman yang dia dapat akan menjadi gaya hidup sehari hari. Dan jika rekaman itu dia dapat secara berulang maka secara otomatis, gaya hidup hingga dewasa akan cenderung seperti yang dia rekam sewaktu berusia 7 tahun pertama. 

Oleh karena itu, untuk mengingatkan diri sendiri dan mungkin Anda yang berkenan, maka jadilah model yang terbaik untuk anak-anak kita. Model terbaik yang senantiasa berlandaskan pada Qur'an dan hadits. Menjadi orang tua memang tidak ada dan belum ada sekolah khusus dalam mencetak orang tua berkualitas. Namun, jika kita berniat untuk selalu upgrade diri maka di luar sana, secara bertatap muka atau online sangat tersedia banyak buat Anda. Tak ada alasan lagi buat kita untuk tidak belajar, semua fasilitas tersedia.

Belajar menjadi orang tua dengan tujuan mencetak generasi emas sungguh luar biasa. Ayuuks upgrade diri dengan semangat ... 

GADISKU DIJEMPUT LELAKINYA

Hari ke 6
Edisi Rabu, 11 Maret 2020

"Gadisku dijemput lelakinya" mungkin bagi sebagian orang adalah hal yang lumrah atau biasa saja. Zaman sekarang jauh berbeda dengan dahulu, itu pun sesuatu yang lumrah. Namun ketika akhlaq kemudian mengikuti arus zaman, lalu bagaimana jadinya. Hari ini mungkin hari sial buat si gadis. Ala - ala nutupi perilakunya selama ini, ibu sambung yang selama ini bersedia menemani sang ayah untuk mendidiknya seakan tak kuat lagi. Bingung mau bertindak, karena semua menjadi serba salah. Membiarkan dia jalan semalaman sama cowok adalah hal yang tabu dan terlarang baginya, namun jika melarangnya seperti menjadi bumerang baginya. Tapi tekad bulat karena i'tikad baik itulah yang menggerakkan sang ibu bercerita tentang perihal anak gadisnya. Tak ada maksud buruk yang tergambar dalam wajahnya namun ingin menyelamatkan sang gadis dari ketidak pantasan dan larangan dalam ajaran Islam.

Dari cerita itulah, banyak hal yang bisa diambil pelajaran, diantaranya :
1. Gadis, taatilah ibumu meski dia bukan ibu kandungmu. Selagi tak ada perintah buruk dan pelanggaran ajaran Islam maka itu adalah hal yang baik buat dirimu.
2. Gadis, cinta memang membutakan buat kita yang terlena akan kenikmatan sesaat. Bukankah engkau telah memahami bahwa cinta adalah anugerah namun berduaan adalah mendekati zina. Pahamilah ajaran agama semaksimal mungkin
3. Gadis, lelaki yang selama ini telah mengajak dirimu bepergian hingga larut malam bukanlah lelaki yang cintanya sejati buat kamu. Karena dia telah membiarkan dirimu pergi dengannya yang bukan muhrimmu
4. Gadis, yakinlah jodoh tak kan kemana. Jika dia jodohmu maka dia akan dipersunting Alloh SWT untuk kamu.
5. Gadis, selalu jadilah gadis yang Sholehah dan mintalah padaNYA suami yang Sholeh, InsyaAlloh

Gadis, mungkin tulisan ini terkesan menohok dirimu namun percayalah apa pun yang ada dalam tulisan ini adalah buat kebaikan dan keselamatan dirimu. Karena engkau adalah manusia yang harus di jaga dan di hargai ... Salam

Senin, 09 Maret 2020

AKU SUKA DIA

Hari ke - 5
Edisi Selasa, 10 Maret 2020

AKU SUKA DIA

Dengan langkah bergegas dan wajah sedikit tersipu, dia mendekat dan bertanya : " Ustadzah, kalau suka sama seseorang tapi gak pacaran, sekedar untuk penyemangat sekolah ... Boleh gak? " Dengan senyum tipis dan mencoba meyakinkan, Ibu guru menjawab " Tidak apa - apa nak, yang tidak boleh itu adalah pacaran. Suka sama seseorang adalah fitrah tapi ingat jangan sampai fitrah itu kemudian berubah menjadi nafsu " dengan menundukkan kepala dan sesekali mengangguk, pertanda dia setuju dengan jawaban bu guru. Ah, lagi - lagi si merah jambu telah hadir di hati remaja. 

Bapak Ibu guru atau pun orang tua, pernahkah mengalami curhatan remaja Anda seperti kisah di atas? Kalau Anda mengalami kisah seperti di atas, selamat ! Berarti Anda sudah sangat dekat dengan anak-anak. Dan dengan begitu Anda selaku orang tua atau guru bisa lebih mudah untuk mengarahkan anak-anak. Termasuk perihal pacaran pada remaja. 

Jatuh cinta atau " SUKA SAMA DIA " adalah sesuatu yang fitrah. Hampir semua orang bahkan kita juga pernah mengalami hal tersebut. Sesuatu yang fitrah tidak bisa dihilangkan atau dipaksa dibuang karena hal itu merupakan anugerah. Sehingga tidak bisalah remaja yang lagi jatuh cinta kemudian diperintahkan untuk membuang rasa itu. Jika memaksa tetap dilakukan maka akan muncul gejolak pada remaja yang kemungkinan besar bisa menimbulkan perilaku negatif pada diri remaja. 

Maka akan sangat bijak jika remaja, kita berlakukan seyogyanya manusia lainnya yang memiliki perasaan. Memberikan pengertian, berbagai penjelasan dan kemudian arahan - arahan serta pendampingan sangat diperlukan oleh remaja. Karena bagaimana pun juga, remaja adalah manusia yang masih tumbuh belum maksimal. Mereka masih belum tahu banyak akan akibat - akibat yang akan muncul ketika cinta menjadi nafsu. Namun sebaliknya jika kita melarang dengan keras maka mereka pun akan semakin penasaran, kenapa cintaku terlarang ? Karena sudah menjadi sifat remaja, rasa ingin tahunya sangat luar biasa. 

Maka mari bersama kita para orang tua dan guru remaja terus menggali ilmu. Karena dengan ilmu, kita mampu mendidik mereka para remaja dalam berbagai sisi. Karena remaja adalah manusia yang unik. Manusia yang masih mencari jati dirinya seperti apa. So ... Mari semangat upgrade diri. Salam !

Minggu, 08 Maret 2020

SEMANGAT HARI SENIN

Hari ke - 4
Edisi Senin, 9 Maret 2020

SEMANGAT HARI SENIN

Senin ... Beberapa hari yang lalu mendapatkan pesan dari teman lewat aplikasi WhatsApp. Pesan yang membuat diri terbelalak. Anda bisa coba tebak, pesan apa kira-kira sampai bikin mata terbelalak ? Hehehe, just kidding ya ... Gak usah main tebak-tebakan deh, karena Senin biasanya nuansa serius entar kalau main tebak-tebakan dikira gak ada keseriusan donk... Up !

Jadi gini, pesan itu mendeskripsikan tentang penyakit jantung dan kapan penyakit jantung sering menyerang para korban ? Nah, penulis tidak akan membahas panjang lebar tentang penyakit jantung. Hanya saja dalam pesan tersebut di jelaskan bahwa penyakit jantung lebih sering menyerang pada hari Senin ! Nah lho ! Pertanyaan berikutnya, kenapa hari Senin, apakah hari Senin merupakan hari yang berbau mistis gitu? Hayoo ... Kalau sudah mistis pasti ada horor - horornya ya ... Tapi ternyata, tidak begitu. So ?

Hari Senin adalah hari pertama dalam seminggu. Senin merupakan hari dimana banyak orang menumpuk berbagai agenda untuk hari - hari berikutnya. Di hari Senin pula, seorang atasan memberikan berbagai tugas kepada bawahan untuk seminggu ke depan. Berdasar itulah kemudian di hari Senin banyak orang yang mengalami setres/tertekan. Dan dalam kondisi seperti itu maka penyakit jantung mudah menyerang. Artinya penyakit jantung bisa menyerang seseorang yang dalam kondisi tidak seimbang, dalam kata lain dalam kondisi tertekan dan sangat labil. 

Mungkin di antara kita ada yang berbisik, apa iya? Penulis sendiri tidak tahu kebenaran dari pesan tersebut. Yang pastinya, penulis menyarankan untuk selalu berada dalam kondisi seimbang. Kalau mungkin banyak tugas yang harus dikerjakan dalam seminggu ke depan maka biasakan menuliskan dalam sebuah agenda kegiatan. Atau mungkin Anda bisa memilah skala prioritas atau bukan. Dan yang terpenting dari semuanya adalah kita disiplin menerapkan agenda yang telah tersusun. Dan jangan lupa jaga "semangat hari Senin"

Salam sukses buat kita semua.

ANAK JALANAN

Hari ke - 3
Edisi Ahad, 8 Maret 2020

ANAK JALANAN

Teringat awal berjumpa denganmu. Engkau begitu ceria, senyummu dan tawamu. Namun, ada setitik harapan tersembunyi di balik matamu seakan engkau ingin mengungkap betapa besar rasa rindu pada ibu. Ibu yang telah lama pergi dan tak kan pernah kembali. Ibu yang meninggalkan dirinya bersama seorang kakak dan dua adik. Sejak kepergian Ibu, tak ada sandaran dan pelukan hangat yang dulu pernah di rasa. Ayah yang juga hilang keseimbangan hidup, jangankan mikirkan anak - anaknya, mikir untuk diri sendiri saja seperti tak ada pentingnya lagi. Anak-anak nya hanya bisa berharap semoga esok ada sinar mentari yang akan bersinar cerah.

Yah, sejak ditinggal ibunya, ada tawa yang dipaksa, ada suara yang yang alot terlontar. Dia anak yang lumayan dalam kemampuan hafalannya. Bahkan kini dia telah memiliki hafalan Qur'an sebanyak 7 juz. Namun semua tak bertahan lama. Dia yang masih belia, usia baru 15 tahun harus berpikir sendiri bagaimana bisa memiliki sesuatu yang sama dengan teman -  temannya. Dia bahkan rela menjual rasa malu untuk mengamen di perempatan jalan hanya untuk 2000 bahkan 1000 rupiah perlagu. 

Mungkin di luar sana banyak anak - anak yang senasib dengan anak dalam cerita diatas. Anak - anak jalanan gembel yang mungkin sering mengganggu jalan kita, sering kita kasih label anak nakal. Bahkan tak jarang mereka menerima umpatan bahkan ejekan sebagai peminta - minta. Apapun mereka, sesungguhnya mereka punya alasan yang kuat, alasan yang kemudian memutuskan menjadi anak jalanan. Dan tidak semua alasan mereka kita ketahui dan bisa dipahami. 

Apapun alasan mereka, saya yakin bahwa di hati kecil mereka sangat ingin hidup bahagia, berkumpul dengan keluarga, bercanda tawa dengan adik kakak dan sesekali bahkan sering di tengah - tengah canda ada ciuman hangat dari ayah bunda. 

Wahai pembaca mungkin di antara Anda tak setuju dengan apa yang saya tulis kali ini, namun sedikit ajakan mari kita menilai dengan bijak, tak semua yang buruk di mata kita adalah memang benar - benar sebuah keburukan dalam sosial. Karena mereka adalah manusia, manusia yang sejatinya menginginkan kebahagiaan selayaknya kebahagiaan yang dimiliki orang lain. Jika kita tak mampu memberi apa yang mereka butuhkan, minimal kita tidak memberi label buruk pada mereka. Mereka para pelajar atau usia pelajar yang lagi genjrang genjreng di perempatan jalan.




Sabtu, 07 Maret 2020

VIRUS MERAH JAMBU

Hari ke - 2
Edisi Sabtu, 7 Maret 2020

VIRUS MERAH JAMBU

Virus merah jambu ... Ada yang kenal sama virus ini ? Hehehe ... Pastinya ya. Entah dari mana asal julukan itu, yang pasti julukan yang sudah menjalar sejak berpuluh tahun yang lalu. Sekarang, sepertinya udah ganti lagi julukannya tapi tetap memiliki arti yang sama. Yap, arti yang sama yakni terkait rasa cinta yang mulai tumbuh dan berkembang dalam hati. Siapa pun yang terjangkit virus ini pasti happy banget bawaannya, entah tua ataupun muda. Nah, termasuk juga yang masih usia remaja. Bahkan usia remaja yang baru - baru mengalami pubertas pasti deh gak bisa mengelak dari virus yang satu ini.

Berbagi cerita yang sebenarnya seperti cerminan diri sendiri sih, hehehe. Hari ini, suasana kelas ulangan dihebohkan oleh sepucuk surat yang agak lusuh namun tetap tersirat makna rahasia dari si penulis. Surat lusuh yang kemudian terlempar ke kanan dan ke kiri dan sampailah kepada guru yang ada di kelas itu. Tak panjang lebar, akhirnya dibacalah surat tersebut dengan senyum yang mencoba untuk memahami. Dengan suara yang lirih, guru membacanya dan kemudian terdengar riuh suasana. Ternyata ada seorang gadis remaja yang lagi jatuh cinta sama kakak kelasnya. Ah, gadis cilik yang baru kemarin lulus SD sekarang sudah bisa mencintai dengan rasa cinta yang berbeda dari biasanya. Rasa cinta yang kemudian membuat diri salah tingkah, tersenyum tanpa sebab bahkan tiba tiba termenung entah apa yang sedang berputar di benaknya. Gadis cilik kini tumbuh remaja. Masa indah dengan cintanya. 

Saya, Anda bahkan orang tua kita pasti pernah mengalami hal tersebut. Sesuatu yang wajar karena itu tumbuh seiring usianya. Namun tetap harus kontrol dari semua pihak. Orang tua, guru bahkan lingkungan ada baiknya berperan sebagai kontrol anak usia remaja yang lagi jatuh cinta. Tidak salah, namun butuh arahan. Butuh penjelasan akan batas - batas kita boleh jatuh cinta pada usia remaja. Karena mereka adalah generasi emas maka jangan biarkan cinta menjadi nafsu yang menghancurkan masa depan. Maka bimbinglah mereka para remaja supaya cinta mereka menjadi jembatan menuju masa depan emas. 

Kamis, 05 Maret 2020

SERTAKAN ALLOH SWT


Hari ke-1
Edisi Jum'at, 6 Maret 2020

Sertakan Alloh SWT

Belajar merupakan sebuah proses dalam merubah diri menjadi pribadi yang lebih baik. Sebuah proses yang mungkin terhitung lama saking panjangnya waktu proses belajar ini. Kita ambil contoh di tingkat SMP/MTs, dalam tingkat ini anak-anak secara standar belajar selama 3 tahun, tujuannya apa ? Tentu saja, tujuan satu yakni menjadi pribadi yang lebih baik, baik dari karakter/akhlak/agama, ilmu pengetahuan dan juga pada karakter sosialnya. Proses yang tentunya memakai berbagai metode, yang terpenting tujuan terpenuhi. Lalu bagaimana kita bisa mengetahui tujuan sudah terpenuhi atau tidak? Nah, tentu disini kita perlu menerapkan evaluasi. Dengan begitu, standar pencapaian bisa terlihat. Evaluasi dalam pendidikan formal bisa berupa ulangan, semester atau pun ujian. 

Dalam tulisan ini kami percaya, para pembaca sangat memahami semua penjabaran di atas. Namun bagaimana mengajarkan dan menanamkan ilmu pada seorang siswa bahwa harus menyertakan Alloh SWT dalam setiap langkahnya. Kami ambil kisah siswa siswi kelas 9 yang saat ini sedang melakukan ujian. Dalam pelaksanaan ujian anak-anak terlihat sangat cemas apalagi ketika hasil ujian tertempel manis di Mading. Ada wajah sumringah karena nilainya yang diatas harapan standar. Ada yang mengernyitkan dahi ketika melihat nilainya yang kurang sedikit saja sudah standar KKM. Ada juga yang kemudian diam seribu bahasa dengan tundukan yang bermakna sedih karena nilainya jauh dari harapan. Berbagai situasi tersebut bisa jadi ada di lembaga Bapak Ibu guru kan? Situasi yang tidak aneh karena hal itu selalu ada di setiap semester atau pun ujian. 

Berbagai ikhtiar tambahan pelajaran sudah diberikan, ngedrill soal - soal juga sudah seperti lalapan saja. Namun tetap saja nilai anak-anak seperti tak ada hasil dari setiap ikhtiar. Ada hal yang mungkin sering terlupa atau mungkin anak-anak belum di didik seperti itu, apa itu ? Iya, menyertakan Alloh SWT dalam setiap ikhtiar adalah paling utama. Mendidik supaya menjadi kebiasaan anak - anak untuk selalu menyertakan Alloh SWT dalam segala hal sangat luar biasa. Karena hal itu membuat anak akan tumbuh rendah hati ketika tercapai harapan dan terus ikhtiar dengan diiringi tawakkal dalam setiap proses mewujudkan impian. 

So, mari kita senantiasa mengajarkan anak - anak untuk selalu menyertakan Alloh SWT dalam segala hal. 

ANAKKU TAK MAU BELAJAR

Pada dasarnya belajar memiliki arti yang sangat luas. Belajar merupakan proses yang bisa membawa individu mengalami perubahan. Perubahan tersebut mencakup perubahan yang bersifat jasmani maupun rohani. Semisal, setelah mengalami belajar ada perubahan cara makan, tidur dan sebagainya. Adapun perubahan rohani, misalkan saja perubahan pola pikir atau mindset dan sebagainya. Yang intinya perubahan tersebut membawa individu menuju kondisi yang lebih baik.

Namun kali ini, makna belajar yang hendak disampaikan penulis hanya sebatas mempelajari materi pelajaran yang telah atau belum diberikan pada anak - anak. Sehingga muncul sebuah judul tulisan "Anakku tak mau belajar ". Lingkup yang menjadi pembahasan adalah seputar anak - anak. Adapun obyek yang menjadi fokus di sini sebatas materi pelajaran di sebuah lembaga pendidikan saja.

Kembali lagi kepada judul di atas, banyak keluhan dari ibu - ibu yang ditemukan penulis dalam sebuah kegiatan parenting online ( Komunitas "IHI "), di antara keluhan tersebut terungkap, anak - anak mereka susah di ajak belajar, mengulang pelajaran dari sekolah bahkan ada yang tidak mau belajar sama sekali. Hal ini yang kemudian membuat pusing para orang tua terutama para ibu yang notabene bertugas mendampingi anak - anak dalam belajar. Dalam kegiatan tersebut pula, ada beberapa hal yang bisa dilakukan supaya anak - anak mau belajar, diantaranya :
1. Siapkan tempat yang nyaman
Tempat belajar yang nyaman merupakan salah satu yang kemungkinan besar mampu menarik semangat anak - anak dalam belajar. Tentu saja tidak mengartikan nyaman dengan sebuah fasilitas lengkap dan mewah. Ruangan ber-AC, meja kursi yang wah atau bahkan diiringi dengan alunan musik yang slow. Sekali lagi bukan. Fasilitas yang nyaman bisa diartikan dengan fasilitas yang jauh dari gangguan - gangguan eksternal yang bisa mengganggu konsentrasi belajar. Semisal, terdapat TV atau banyak anak- anak kecil yang gurau. Jadi diusahakan tempat belajar sangat mendukung konsentrasi belajar dan tidak harus mewah.
2. Biarkan anak - anak memiliki istirahat yang cukup.
Istirahat atau melepas lelah meski sejenak sangat dibutuhkan juga oleh anak-anak. Karena mereka adalah juga manusia yang punya rasa lelah namun terkadang karena jiwa anak-anak yang aktif dan maunya bergerak saja maka lelah menjadi sesuatu yang tak dirasa dan tak perlu terucap. Namun meski begitu, kita sebagai orang tua, bunda pasti lebih mengenal anak anak kita, kapan dia baik baik saja, kapan dia memiliki batas keaktifan selama sehari. Jiwa anak selalu aktif dalam motorik, tanpa orang tua yang selalu mengawasi dan menjadi rem buat mereka maka bisa jadi sakit dan malah saking lelahnya, anak-anak tak mau lagi belajar yang notabene belajar juga kegiatan yang butuh konsentrasi yang ekstra apalagi belajarnya harus dalam posisi yang anteng alias duduk dengan sikap sempurna tak boleh banyak gerak. Ah, kenali anak-anak dan memberikan perhatian dalam kelelahan anak termasuk tugas kita sebagai orang tua.
3. Janganlah dipaksa
Anak tak mau belajar, bahkan marah atau cemberut ketika disuruh belajar merupakan hasil dari ucapan atau perintah kita yang mungkin tidak menyesuaikan dengan kondisi anak. Anak anak merupakan usia yang identik dengan usia gembira, usia dimana mereka memandang segala sesuatu dengan gembira tanpa beban, tanpa pikir panjang dan semuanya kalau bisa dikondisikan seperti halnya bermain. Jangan heran ketika anak-anak kita maunya bermain terus, karena itu memang masanya. Maka kita sebagai orang tua yang sayang kepada anak anak kita sudah semestinya memperhatikan bagaimana seharusnya belajar kita terapkan Kepada anak anak tanpa merasa dipaksa. Maka pilihan satu satunya adalah bermain sambil belajar atau buatlah belajar itu seakan akan bermain. Atau mungkin juga buatlah bermain anak-anak mampu menghasilkan ilmu pengetahuan. Tentu hal ini bukan sesuatu yang gampang. Butuh ketrampilan dan kreativitas orang tua dalam hal ini, terutama para ibu yang sering kali mendampingi anak-anak dalam bermain. So, Ayuk asah kreativitas kita sebagai ibu atau pun orang tua untuk mendidik anak-anak kita tercinta.

Tiga hal yang mungkin bisa kita lakukan. Melakukan atau menerapkan adalah satu - satunya cara supaya kita tahu bahwa ikhtiar dengan cara tersebut bisa berhasil atau tidak.

Salam parenting

Rabu, 04 Maret 2020

JOSS ... TATAP KE DEPAN

Kesulitan, kesedihan, kecewa atau mungkin seakan tak mau hidup lagi sering sekali menemui keseharian kita bahkan hari- hari istimewa pun tak jarang kita menemui sesuatu yang tak sesuai harapan. Hidup ini sudah penuh dengan bermacam impian.

Maka tetaplah hadirkan impian - impian kita ... Terus tatap ke depan. Kesulitan, kesedihan hanyalah kerikil - kerikil yang sedikit mengganggu perjalanan kita, membuat sakit telapak kaki kita namun itu hanya sementara, karena sebentar lagi perjalanan akan mulus lagi. Perjalanan akan halus, perjalanan akan semakin cepat dalam menuju impian hidup.

Salam semangat

PEMIMPIN YANG BERKAH

Lagi - lagi mengeluhkan akan kepemimpinan sosok itu. Pemimpin yang mungkin di luar sana sangat luar biasa kinerja nya. Namun dibalik itu, ada banyak karyawan atau pegawai yang merasa terabaikan. Pemimpin ada baiknya sadar diri bahwa yang menjadikan dirinya sebagai pemimpin adalah bawahan yang selama ini selalu ada dalam mensukseskan kinerjanya bukan mereka yang berada di luar sana. Mereka di luar sana hanya bisa menatap dan menilai lalu berkomentar. Hanya itu dan itu saja !. Maka tengoklah bawahan Anda wahai para pemimpin. Tanpa bawahan Anda hanya manusia biasa. Utamakan bawahan, berpikirlah untuk kenyamanan mereka meski sekedar menyamankan hati para bawahan. Karena jika hati yang terlukai maka hancurlah semua. Bawahan akan bekerja dalam keterpaksaan. Dan keterpaksaan sama sekali tidak ada keberkahan. Dan ini menyangkut instansi yang ada. 

Maka ingatlah selalu, utamakan bawahan Anda wahai para pemimpin. Supaya semuanya menjadi berkah. Karena berkah berarti ada Ridho Alloh SWT di dalamnya.

Salam

Memanusiakan manusia

Tak ada manusia yang sempurna. Paham sekali akan hal itu. Namun, jika ketidaksempurnaan lantas di perlakukan dengan kebijakan yang salah maka pasti akan ada yang tersakiti. Pemimpin seharusnya bisa memberikan kebijakan yang benar. Karena bagi saya bijak namun tak mesti benar. Karena bisa jadi menurut pribadi semua sudah di bijaki, namun ternyata di balik itu ada bawahan yang merasa teraniaya.

Pemimpin adalah manusia. Tempatnya salah. Maka sadarilah hal tersebut. Jika menemukan hal yang mungkin tidak sesuai harapan maka telusurilah dengan benar benar telusur. Dengan begitu diharapkan bisa menemukan titik awal masalah dan kemudian bisa bertindak bijaksana bukan bijak saja. Bijaksana memiliki arti yang lebih luas, karena ada hati hati lain yang benar-benar dimanusiakan. Dengan begitu maka Anda adalah seorang pemimpin yang bijaksana dengan julukan manusia yang memanusiakan manusia.

Salam semangat untuk berusaha bijaksana

Selasa, 03 Maret 2020

Kemudahan

Kesulitan selalu hadir bersama dengan kemudahan. Berikhtiar dengan segala cara dan utamakan ikhlas, InsyaAlloh kemudahan selalu ada bersama kita.... Aamiin

Minggu, 01 Maret 2020

HANDPHONE ANAKKU TERSITA

Hari ini Ahad, seperti biasa anakku masuk sekolah. Dia sang buah hati, kini sudah masuk di usia 15 tahun dan berada di kelas 9 MTs. Ada sedih bercampur senang, hari ini di sekolah ada penggeledahan tas para siswa -siswi dan dari kegiatan sekolah tersebut, akhirnya HP anakku di ambil dari tasnya dan disita oleh sekolah. Kalau saya ditanya sebagai orang tua siswa, tentu saja jawaban spontan adalah kaget dan seakan tak rela. Bagaimana pun juga HP yang di bawa anakku harganya mahal bagiku. Beum lagi, HP itu aku belikan setelah sekian lama aku menabung sembari kerja merantau yang nota bene jauh banget dari anak - anakku. Dan kini, HP tak ada lagi, hubungan denga anakku semakin sulit. Namun di sisi lain, sebagai orang tua, ada rasa yang lega sekaligus ada rasa sedikit aman, artinya anakku bisa mengurangi pengaruh media sosial yang setiap hari masuk kepadanya tanpa ada pengawasan langsung dariku. Dilema, antara ikhlas dan berat ... 

Diatas merupakan salah satu kisah penerapan peraturan di sekolah. Tentu saja, masih banyak peraturan - peraturan sekolah yang lain. Yang tentunya, dari semua peraturan yang ada pasti terjadi pelanggaran. Jikalau kemudian ada pelanggaran dan sanksi yang menyertai, berat atau ringan, maka mau tidak mau orang tua harus segera komunikasi dengan guru. Kenapa harus komunikasi? Iya, karena sanksi atas pelanggaran diberikan ke anak - anak diharapkan mampu memberikan efek jera dan sadar bahwa apa yang telah dia perbuat adalah salah. Jika komunikasi terjalin maka orang tua bisa melanjutkan memberi pengertian kepada anak bahwa tindakan kesalahan itu sudah selayaknya di beri sanksi, hal ini supaya anak terbentuk menjadi generasi yang berkarakter taat peraturan, target minimal mungkin ya... Namun tak jarang, komunikasi antara orang tua dan sekolah menjadi sesuatu yang terabaikan. Komunikasi menjadi bulan - bulanan, nanti aja kalau ada waktu saya berkunjung ke sekolah, sungkan saya mau menghubungi wali kelas anak saya, atau dari pihak sekolah sendiri enggan atau tak ada program guna menjalin silaturrohmi dengan orang tua siswa. 

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting, apalagi terkait pendidikan anak. Secara sadar, kita tahu dan paham betul bahwa anak adalah generasi penerus dan harapan kita semua, kelak anak - anak bisa menjadi generasi emas yang mampu menjadi pribadi kebanggaan semua orang. Namun akan menjadi mimpi belaka semua harapan - harapan kita ketika komunikasi terabaikan. Ada pelanggaran atau tidak, ada kasus atau tidak, selayaknya komunikasi tetap terjalin. Pendidikan bukan tanggung jawab guru - guru saja, dan pendidikan tak akan terlaksana optimal dengan hasil sesuai harapan jika orang tua tak mau memberikan pendidikan yang terbaik. Sehingga mau tidak mau, komunikasi merupakan faktor terpenting akan berhasilnya pendidikan anak - anak kita. 

Salam silaturrohmi ... yuk, jalin komunikasi antara kita.

KEINGINAN JELANG TIDUR

  Jangan tanya ya, kenapa? Karena mata sebenarnya tinggal 5 Watt tapi keinginan masih 100 persen.  Dan entah dari mana, saat ini butuh sekal...